Megan Abrigo was born and raised on the island of Oahu where she began her career as a model. Hawaii’s lifestyle and culture has had a deep impact on this island girl. It shows in her easy going personality and it is very fitting that she wears a bathing suit to work since she has been surfing and swimming her entire life.
Megan later moved to Los Angeles where she graduated from Loyola Marymount University with a degree in Studio Art and Computer Science. Hollywood didn’t have to wait long for this natural exotic beauty to parlay her successful modeling career into film and television. She can be seen on NBC’s top-ranked game show “Deal or No Deal” as briefcase girl number 6 on every episode since the pilot of the show, and makes regular appearances as the web cam girl on Comedy Central’s “Tosh.0”.
Megan has hosted an extreme sports show called “Dialed In,” getting to interview the riders and also show her own athleticism by trying the sport. She has been seen in People’s 100 most beautiful people in May 2006 with the rest of the “Deal or No Deal” models and does other various print campaigns. She has the starring role in Chris Brown’s “Forever” music video and has recently done commercials for Spike TV, LA Inc., L’Oreal, Cover Girl, Planters Peanuts and Coors Light.
When Megan is not cultivating her passion of traveling the world, she enjoys photography, reading, spending time with her dog, and surfing. Gambling has admittedly never been something she was confident with so it should be fun to tune in this fall to see Megan as a Hostess for “Face The Ace,” NBC’s newest primetime poker show.
Megan Abrigo
Megan Abrigo
Megan Abrigo
Megan Abrigo
Megan Abrigo
Megan Abrigo
Megan Abrigo
Megan Abrigo
Megan Abrigo
Megan Abrigo
Megan Denise Fox American actress and model
Megan Denise Fox (born May 16, 1986) is an American actress and model. She began her acting career in 2001 with several minor television and film roles, and played a recurring role on Hope and Faith. In 2004, she launched her film career with a role in Confessions of a Teenage Drama Queen. In 2007, she was cast as Mikaela Banes, the love interest of Shia LaBeouf's character in the blockbuster film Transformers which became her breakout role and earned her various Teen Choice Awards nominations. Fox reprised her role in the 2009 sequel, Transformers: Revenge of the Fallen. Later in 2009, she starred as the titular lead character in the film Jennifer's Body.
Fox is considered a sex symbol and frequently appears in men's magazine "Hot" lists. She was listed #18, #16, #2, and #5 on Maxim magazine's yearly Hot 100 list in 2007, 2008, 2009, and 2010 respectively, while FHM readers voted her the "Sexiest Woman in the World" in 2008.She ranked number one on Moviefone's "The 25 Hottest Actors Under 25" in 2008. In 2004, Fox began dating Brian Austin Green, of Beverly Hills, 90210 fame, after reportedly having met on the set of Hope & Faith.They were involved in an on-again, off-again relationship, before finally marrying in June 2010
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Fox is considered a sex symbol and frequently appears in men's magazine "Hot" lists. She was listed #18, #16, #2, and #5 on Maxim magazine's yearly Hot 100 list in 2007, 2008, 2009, and 2010 respectively, while FHM readers voted her the "Sexiest Woman in the World" in 2008.She ranked number one on Moviefone's "The 25 Hottest Actors Under 25" in 2008. In 2004, Fox began dating Brian Austin Green, of Beverly Hills, 90210 fame, after reportedly having met on the set of Hope & Faith.They were involved in an on-again, off-again relationship, before finally marrying in June 2010
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Megan Fox
Cinta Sang Sahabat
Hari itu saat jam istirahat aku dan sahabatku Rio makan dikantin sekolah. Rio adalah sahabatku sejak kecil, kita saling mengenal karena ayahku dan ayah Rio adalah rekan kerja. Rio sering sekali main ke rumahku. Seiring berjalannya waktu persahabatan kita semakin erat, bahkan sku menyimpan rasa lebih dari seorang sahabat pada Rio. Selama ini aku tak menammpakkan perasaan itu karena aku tak mau kalau persahabatanku dan Rio hancur begitu saja. Saat dikantin kami mengobrol-ngobrol.
“Hey…! Lu napa? Kok manyun gitu…?”tanya Rio.
“Pusing…”sahutku.
“Emangnya lu napa..?”tanya Rio lagi.
“Ulangan fisika yang tadi susah banget yo…”jawabku.
“Owh…”sahut Rio.
‘Apa? Cuma owh ?’gumamku dalam hati. Rio anaknya memang cuek tapi sebenarnya dia berhati lembut dan penyayang. Namun dia jarang menampakkannya. Aku sebagai sahabatnya pun jarang mendapatkan perhatiannya. Seingatku hanya sekali Rio menampakkan perhatiannya padaku, kalau tidak salah waktu aku sakit dan dirawat di rumah sakit. Itu pun aku masih kelas 5 SD, sedangkan sekarang aku sudah kelas 1 SMA.
“Dasar lu..! cuek banget sih jadi cowok..”sambungku.
“Biarin..! lagian tu soal kan gampang,,”kata Rio.
“Iya gampang soalnya… jawabannya..? kagak bisa diterka sama sekali tauk..!”jawabku kesal.
“Lu aja yang bego..”sahut Rio dengan entengnya.
“Dasar lu..!”sahutku kesal.
Aku dan Rio menghabiskan waktu istirahat dikantin sampai bel masuk berbunyi, lalu kami kembali mendengarkan guru-guru yang mengajar kelas kami.
Saat pulang sekolah, seperti biasa aku diantar Rio. Itu sudah jadi pekerjaan Rio, antar jemput aku seperti tukang ojek. Rio itu emang sahabat terbaikku, dia gak pernah mengeluh kalau aku minta diantar kemanapun. Saat ditengah perjalanan ke rumahku Rio mendapat telfon dari mamanya.
“Halo ma…”kata Rio.
“Cepetan pulang ya yo… bantuin mama beres-beres, mau ada arisan..”kata seseorang diseberang sana.
Saat Rio menutup telfonnya, dia langsung menarik gas motornya dan mengebut. Aku yang diboncengnya kaget setengah mati, dan aku refleks memeluk Rio. Saat itu jantungku dag dig dug gag karuan. Segala perasaan campur aduk saat itu. Bahkan saat aku sudah turun dari motor Rio, aku masih deg degan.
“Gila lu yo…”kataku yang masih takut sekaligus senang.
“Napa..? takut lo..?”tanya Rio sambil tertawa penuh kemenangan.
“Untung gue gak mati..!”sahutku kesal.
“Yaelah gak bakalan deh..”sahut Rio.
Keesokan harinya tepat hari minggu aku menelfon Rio dan mengajaknya jalan-jalan. Secepat kilat Rio tiba di rumahku. Entah seberapa ngebutnya dia, padahal rumahku dan rumah Rio lumayan jauh. Tanpa pikir panjang aku langsung naik ke motor Rio. Kami langsung menuju sebuah tempat perbelanjaan. Dengan setianya Rio mengikuti aku kesana kemari. Setelah aku memilih-milih barang, aku dan Rio duduk di sebuah kafe es krim dan memesan dua mangkuk eskrim coklat. Kami menikmati es krim sambil bercanda, tiba-tiba ditengah pembicaraan pandangan Rio beralih. Aku mencari-cari siapa yang dia lihat. Ternyata seorang cewek yang cantik sekali. Kulitnya putih, rambutnya panjang terurai, dan langkah kakinya begitu anggun.
“Hey…!!”kataku menyadarkan Rio yang melihat cewek di seberang sana.
Rio tersentak saat aku menyadarkannya. Lalu Rio kembali menikmati es krimnya. Dia menjadi salah tingkah. ‘oh tuhan apa mungkin Rio suka sama cewek yang tadi’ gumamku dalam hati. Semakin lama aku memandang wajah Rio aku semakin was-was. Aku dan Rio hanya terdiam. Tiba-tiba Rio memulai pembicaraan.
“Cewek yang tadi cantik…”katanya dengan nada rendah.
Saat ku dengar Rio berkata seperti itu, hatiku serasa jatuh dari lantai 20 yang kemudian pecah berkeping-keping. ‘oh tuhan.. Rio suka sama cewek itu, gimana dengan aku..? Tapi… ini baru pertama kalinya Rio bilang seorang cewek cantik…’gumamku dalam hati. Hatiku hancur saat itu. Ingin sekali rasanya aku berteriak. Harusnya aku bahagia karena Rio sudah bisa suka sama cewek, padahal selama ini Rio selalu menutup hatinya untuk cewek. Sebenarnya banyak cewek yang suka dengannya tapi tak satupun yang dia hiraukan.
“Lu naksir dia..?”tanyaku dengan penuh kehawatiran.
Rio hanya diam saja. Dan itu sudah menjawab semua yang ada di pikiran Rio. Dan artinya ‘ya’.
Keesokan harinya seperti biasa Rio menjemputku dengan motor kesayangannya dan aku pun berangkat ke sekolah bersamanya. Saat bel masuk berbunyi aku dan Rio memasuki kelas, tak lama kemudian pak guru masuk dan mengatakan akan ada murid baru.
Beberapa saat kemudian masuk seorang gadis yang cantik dan aku merasa sangat familiar dengan gadis itu. Kupandangi terus wajah anak itu dan ternyata anak itu adalah gadis yang waktu itu aku temui di mall saat jalan-jalan dengan Rio.
“Hai teman-teman.. namaku Risa..”kata anak itu memperkenalkan dirinya dengan gaya yang centil.
Aku terus memandangi mata Rio yang tertuju pada Risa. ‘oh tuhan.. apa ini memang takdirmu? Huft…aku takut Rio akan meninggalkanku…’gumamku dalam hati. Tanpa terasa air mataku menetes lalu aku segera menghapusnya.
“Napa lu…?”Tanya Rio yang membuatku kaget.
“Hah..? gak papa kok yo…!”jawabku kaget sambil tersenyum tidak ikhlas pada Rio.
“Lu nangis..?”Tanya Rio sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
“Eng..gggaaakkk.. kok…”jawabku sambil menjauhkan muka Rio dari hadapanku.
“Bohong..”kata Rio dengan nada menggoda.
“Apaan sih lu..?”sahutku.
Saat itu hatiku tidak karuan. Sakit hatiku melihat ini semua, tapi…. Aku tak boleh begini. Rio kan sahabatku. Aku tak boleh jatuh cinta sama dia... Kepalaku serasa ingin meledak gara-gara pikiranku yang tidak-tidak. Ingin sekali aku mengatakan ini semua pada Rio tapi sekali lagi… Itu tidak mungkin… Aku menenangkan diri dan kembali berkonsentrasi pada pak guru yang lagi menjelaskan di depan kelas.
Saat jam istirahat aku mencari-cari Rio, tak biasanya dia menghilang begitu saja. ‘Kemana sih Rio..?’ tanyaku dalam hati. Biasanya Rio selalu menungguku sebelum ke kantin. Lalu aku mengitari sekolah mencari Rio. Tepat di depan kelas 12 IPS, mataku tertuju pada dua orang yang sedang duduk di sebuah kursi di pinggir kolam sambil mengobrol. Ternyata itu Rio dan Risa. Aku kaget melihatnya.’Segitu seriusnya kah Rio suka sama Risa hingga dia melupakan aku…?’gumamku dalam hati. Aku langsung berlari menuju kelas. Ternyata Rio mengejarku. Aku langsung duduk di bangku kelasku. Rio menyusulku dan duduk disebelahku.
“Lu gak papa kan…?”tanya Rio dengan ekspresi datarnya.
Aku tak menjawab sepatah kata pun. Mungkin saat itu mukaku sangat kusut saat itu dan Rio mengerti kalau aku lagi kesal. Tiba-tiba Rio beranjak dari tempatnya dan berjalan meninggalkan aku.
‘Kenapa Rio jadi jahat gini..? aduh… apa aku keterlaluan sama Rio ya..? aku takut Rio marah sama aku..’gumamku dalam hati.
Saat itu aku jadi serba salah. Aku cemburu sama Rio dan aku marah, itu wajar menurutku karena aku sayang dengan Rio. Tapi di sisi lain aku juga salah karena memiliki perasaan seperti ini pada Rio karena Rio adalah sahabatku sendiri, dan harusnya aku gak boleh begini sama Rio.
Tiba-tiba Rio datang menghampiriku. Aku menatapnya dengan muka kecewa sekaligus sedih. Lalu Rio duduk disebelahku dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Ternyata sebuah permen lollipop kesukaanku. Kupikir tadi Rio pergi meninggalkan aku karena marah, eh… ternyata dia pergi untuk membeli lollipop. Lalu Rio memberikan lollipop itu padaku.
“Nih… gak usah sedih..”kata Rio sambil memberikan lollipop itu.
“Makasih…”sahutku cuek.
“Senyum dong.. Gue punya banyak cerita ni…” kata Rio sambil tersenyum dengan manisnya.
Lalu aku pun membalas senyuman Rio yang manis itu.
‘Hm… apayang akan Rio ceritakan..?’tanyaku dalam hati.
Aku jadi penasaran, apakah dia akan mengatakan kalau dia sayang sama aku. Aku jadi gede rasa.
“Mau cerita apa yo..?”tanyaku semangat.
“Tagi gue kenalan sama Risa, anaknya baik banget cuman dia agak centil. Kita tadi cerita ini itu,dia bercerita tentang teman-teman lamanya bahkan tentang keluarganya padaku..”kata Rio.
‘Ya ampun…sampai segitunya Rio bercerita tentang Risa…’gumamku dalam hati.
Mulut Rio tak henti-hentinya bercerita tentang Risa. Aku tak menghiraukan perkataannya malah aku asik sendiri dengan lolipop yang dia berikan padaku.
‘Rio itu gak punya perasaan yah..? tega-teganya dia cerita tentang Risa sama aku yang jelas-jelas suka sama dia. Huft… tapi kan Rio gak tau tentang perasaanku…’gumamku dalam hati sekali lagi.
Aku jadi malas dengan Rio, lalu aku tidur di atas tas sekolahku sambil mendengarkan Rio bercerita ini itu.
Sepanjang pelajaran Rio terus bercerita tentang Risa. Aku jadi ingin muntah dengerin cerita-cerita Rio yang semuanya tentang Risa. Berhari-hari yang Rio ceritakan hanya Risa.. Risa.. dan Risa.. hingga pada suatu hari Rio mengajakku pulang, tapi aku menolaknya. Aku muak dengan Rio yang selalu bercerita tentang Risa padaku, yang selalu membuatku sakit hati.
“Pulang yuk…!”ajak Rio.
“Ogah..!!”sahutku cuek.
“Lu napa sih…?”tanya Rio.
“Gue pulang naik taksi aja..!!’ kataku sambil meninggalkan Rio.
Aku langsung meninggalkan Rio dan memanggil sebuah taksi dan masuk ke dalamnya. Tiba-tiba hp-ku berdering, ternyata Rio menelfonku. Tanpa pikir panjang aku mematikan telfon dari Rio. Pasti Rio tau kalau aku marah padanya. Beberapa saat kemudian hp-ku berdering lagi, ternyata Rio mengirim sms padaku. Aku tak membaca sms dari Rio. Lalu tak lama kemudian Rio menelfonku lagi. Karena aku sangat kesal dengan Rio, aku langsung mematikan telfon darinya dan segera ku matikan hp-ku.
Saat tiba dirumah aku langsung tiduran di kasurku, dipikiranku hanya ada Rio.. Rio.. dan Rio… kepalaku semakin penat saja karena memikirkan Rio. Kulihat hp-ku yang tergeletak di kasur. Aku mengambilnya lalu mengaktifkannya. Ternyata ada 18 sms masuk di hp-ku. Aku membukanya, ternyata semua sms itu dari Rio. Lalu aku membacanya satu per satu. Dalam smsnya dia bertanya aku kenapa dan beberapa sms permintaan maaf. Tapi tak satupun dari smsnya aku balas. Tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Aku berjalan dengan malas menuju ke pintu depan. Saat kubuka pintu, tampak sesosok cowok yang sudah tak asing lagi bagiku, dia adalah Rio. ‘Mau apa anak ini datang ke rumahku..?’tanyaku dalam hati. Kulihat matanya yang begitu tajam menatapku. Lalu aku langsung berbalik dan berjalan ke dalam rumah. Tiba-tiba dia menarik tanganku.
“Lu napa si..? gue minta maaf kalo gue emang punya salah ama lu..!”kata Rio.
Aku tak berkata apapun padanya. Lalu aku melepaskan pegangan tangan Rio dan aku keluar menuju taman rumah, aku berharap Rio mengikutiku. Dan ternyata benar, dia mengikutiku. Lalu aku duduk di kursi tamanku, dia pun duduk disampingku.
“Ngapain ke sini..?”tanyaku sinis.
“Lu napa..? marah sama gue..?”tanyanya.
‘ih.. ni anak gag sensitif banget sih jadi cowok.. masa ga ngerasa kalau aku cemburu ma dia’gumamku dalam hati. Lalu aku menghela nafas panjang dan memberanikan diri mengatakan semuanya pada Rio.
“Lu mau tau kenapa gue marah sama lu..? Aku gak suka lu selalu ngomongin Risa dihadapan gue, lu selalu aja bangga-banggain dia. Apa lu gak mikir gimana perasaan gue.. saat lu bilang kalau lu suka sama Risa..? Sakit yo… gue cemburu sama Risa, karena gue sayang sama lu yo..!!”kataku dengan nada tinggi.
Tak terasa air mataku menetes. Aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Aku berkata seperti itu pun karena terpaksa, aku gak mau kehilangan Rio. Aku berlari meninggalkan Rio yang masih duduk di kursi tamanku, dan aku langsung masuk ke kamarku. Aku pun menangis sejadi-jadinya. Hatiku serasa tidak karuan.
Keesokan harinya aku dan Rio hanya saling berdiam diri satu sama lain. Tak satupun dari kami yang memulai pembicaraan. Berhari-hari kami hanya saling membisu. Hari-hariku menjadi suram, tak ada keceriaan sama sekali. Tak ada canda tawa yang kudengar dari Rio. Semakin hari aku semakin berfikir, apakah aku salah melakukan semua ini..? Entahlah… aku semakin bingung memikirkan semua ini.
Hingga suatu hari aku duduk di bangku taman sekolah dengan muka yang murung. Sambil bertopang dagu tiba-tiba mataku tertuju pada seseorang yang berjalan menghampiriku. Ternyata itu Rio. ‘Apa yang akan dia perbuat kali ini..?’tanyaku dalam hati. Lalu Rio duduk di sampingku. Aku menghela nafas panjang dan menyenderkan tubuhku ke kursi taman itu.
“Lu beneran sayang sama gue..?”tanya Rio dengan pandangan lurus kedepan.
Aku kaget mendengar pertanyaanya. Aku gak tahu harus menjawab apa lagi. Aku hanya diam. Lalu Rio membalikkan badanya dan menghadap ke arah diriku, dia menatapku dengan serius.
“Sebenernya…. Gue juga sayang sama lu..!”kata Rio.
‘Apa..?! aku tidak salah dengar..?’gumamku dalam hati.
Benarkah Rio sayang sama aku, atau itu hanya sebuah cara agar aku memaafkannya..? perasaanku tidak karuan.
“Risa..”kataku lirih.
Rio hanya menggelengkan kepalanya.
“Gue cuman kagum sama dia..”kata Rio.
Aku senang sekali mendengar perkataan Rio. Ternyata selama ini dia hanya mengegumi Risa. Aku langsung tersenyum padanya.
“Meskipun kita saling menyayangi.. gue harap persahabatan kita gak bakalan ancur sampek di sini aja.. gue mau kita tetep sahabatan..”kata Rio.
Aku berfikir sejenak. Mungkin emang benar apa yang Rio katakan. Persahabatan memang lebih abadi daripada apapun, mungkin suatu saat ada waktunya dimana aku dan Rio lebih dari sahabat. Aku sangat bahagia Rio telah kembali. Aku tersenyum selebar-lebarnya dan setetes air mata kebahagiaan menetes dari mataku. Lalu Rio pun tersenyum dengan manisnya padaku. Senyum manisnya membuatku semakin bahagia. Karena aku terlalu bahagia, aku memeluk Rio sekencang-kencangnya. Rio pun memeluk tubuhku. Betapa bahagianya saat itu, dalam pelukan hangat dari Rio itu aku berdoa semoga Rio akan selalu berada didekatku dan aku harap persahabatan ini yang akan menyatukan aku dan Rio.
“Hey…! Lu napa? Kok manyun gitu…?”tanya Rio.
“Pusing…”sahutku.
“Emangnya lu napa..?”tanya Rio lagi.
“Ulangan fisika yang tadi susah banget yo…”jawabku.
“Owh…”sahut Rio.
‘Apa? Cuma owh ?’gumamku dalam hati. Rio anaknya memang cuek tapi sebenarnya dia berhati lembut dan penyayang. Namun dia jarang menampakkannya. Aku sebagai sahabatnya pun jarang mendapatkan perhatiannya. Seingatku hanya sekali Rio menampakkan perhatiannya padaku, kalau tidak salah waktu aku sakit dan dirawat di rumah sakit. Itu pun aku masih kelas 5 SD, sedangkan sekarang aku sudah kelas 1 SMA.
“Dasar lu..! cuek banget sih jadi cowok..”sambungku.
“Biarin..! lagian tu soal kan gampang,,”kata Rio.
“Iya gampang soalnya… jawabannya..? kagak bisa diterka sama sekali tauk..!”jawabku kesal.
“Lu aja yang bego..”sahut Rio dengan entengnya.
“Dasar lu..!”sahutku kesal.
Aku dan Rio menghabiskan waktu istirahat dikantin sampai bel masuk berbunyi, lalu kami kembali mendengarkan guru-guru yang mengajar kelas kami.
Saat pulang sekolah, seperti biasa aku diantar Rio. Itu sudah jadi pekerjaan Rio, antar jemput aku seperti tukang ojek. Rio itu emang sahabat terbaikku, dia gak pernah mengeluh kalau aku minta diantar kemanapun. Saat ditengah perjalanan ke rumahku Rio mendapat telfon dari mamanya.
“Halo ma…”kata Rio.
“Cepetan pulang ya yo… bantuin mama beres-beres, mau ada arisan..”kata seseorang diseberang sana.
Saat Rio menutup telfonnya, dia langsung menarik gas motornya dan mengebut. Aku yang diboncengnya kaget setengah mati, dan aku refleks memeluk Rio. Saat itu jantungku dag dig dug gag karuan. Segala perasaan campur aduk saat itu. Bahkan saat aku sudah turun dari motor Rio, aku masih deg degan.
“Gila lu yo…”kataku yang masih takut sekaligus senang.
“Napa..? takut lo..?”tanya Rio sambil tertawa penuh kemenangan.
“Untung gue gak mati..!”sahutku kesal.
“Yaelah gak bakalan deh..”sahut Rio.
Keesokan harinya tepat hari minggu aku menelfon Rio dan mengajaknya jalan-jalan. Secepat kilat Rio tiba di rumahku. Entah seberapa ngebutnya dia, padahal rumahku dan rumah Rio lumayan jauh. Tanpa pikir panjang aku langsung naik ke motor Rio. Kami langsung menuju sebuah tempat perbelanjaan. Dengan setianya Rio mengikuti aku kesana kemari. Setelah aku memilih-milih barang, aku dan Rio duduk di sebuah kafe es krim dan memesan dua mangkuk eskrim coklat. Kami menikmati es krim sambil bercanda, tiba-tiba ditengah pembicaraan pandangan Rio beralih. Aku mencari-cari siapa yang dia lihat. Ternyata seorang cewek yang cantik sekali. Kulitnya putih, rambutnya panjang terurai, dan langkah kakinya begitu anggun.
“Hey…!!”kataku menyadarkan Rio yang melihat cewek di seberang sana.
Rio tersentak saat aku menyadarkannya. Lalu Rio kembali menikmati es krimnya. Dia menjadi salah tingkah. ‘oh tuhan apa mungkin Rio suka sama cewek yang tadi’ gumamku dalam hati. Semakin lama aku memandang wajah Rio aku semakin was-was. Aku dan Rio hanya terdiam. Tiba-tiba Rio memulai pembicaraan.
“Cewek yang tadi cantik…”katanya dengan nada rendah.
Saat ku dengar Rio berkata seperti itu, hatiku serasa jatuh dari lantai 20 yang kemudian pecah berkeping-keping. ‘oh tuhan.. Rio suka sama cewek itu, gimana dengan aku..? Tapi… ini baru pertama kalinya Rio bilang seorang cewek cantik…’gumamku dalam hati. Hatiku hancur saat itu. Ingin sekali rasanya aku berteriak. Harusnya aku bahagia karena Rio sudah bisa suka sama cewek, padahal selama ini Rio selalu menutup hatinya untuk cewek. Sebenarnya banyak cewek yang suka dengannya tapi tak satupun yang dia hiraukan.
“Lu naksir dia..?”tanyaku dengan penuh kehawatiran.
Rio hanya diam saja. Dan itu sudah menjawab semua yang ada di pikiran Rio. Dan artinya ‘ya’.
Keesokan harinya seperti biasa Rio menjemputku dengan motor kesayangannya dan aku pun berangkat ke sekolah bersamanya. Saat bel masuk berbunyi aku dan Rio memasuki kelas, tak lama kemudian pak guru masuk dan mengatakan akan ada murid baru.
Beberapa saat kemudian masuk seorang gadis yang cantik dan aku merasa sangat familiar dengan gadis itu. Kupandangi terus wajah anak itu dan ternyata anak itu adalah gadis yang waktu itu aku temui di mall saat jalan-jalan dengan Rio.
“Hai teman-teman.. namaku Risa..”kata anak itu memperkenalkan dirinya dengan gaya yang centil.
Aku terus memandangi mata Rio yang tertuju pada Risa. ‘oh tuhan.. apa ini memang takdirmu? Huft…aku takut Rio akan meninggalkanku…’gumamku dalam hati. Tanpa terasa air mataku menetes lalu aku segera menghapusnya.
“Napa lu…?”Tanya Rio yang membuatku kaget.
“Hah..? gak papa kok yo…!”jawabku kaget sambil tersenyum tidak ikhlas pada Rio.
“Lu nangis..?”Tanya Rio sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
“Eng..gggaaakkk.. kok…”jawabku sambil menjauhkan muka Rio dari hadapanku.
“Bohong..”kata Rio dengan nada menggoda.
“Apaan sih lu..?”sahutku.
Saat itu hatiku tidak karuan. Sakit hatiku melihat ini semua, tapi…. Aku tak boleh begini. Rio kan sahabatku. Aku tak boleh jatuh cinta sama dia... Kepalaku serasa ingin meledak gara-gara pikiranku yang tidak-tidak. Ingin sekali aku mengatakan ini semua pada Rio tapi sekali lagi… Itu tidak mungkin… Aku menenangkan diri dan kembali berkonsentrasi pada pak guru yang lagi menjelaskan di depan kelas.
Saat jam istirahat aku mencari-cari Rio, tak biasanya dia menghilang begitu saja. ‘Kemana sih Rio..?’ tanyaku dalam hati. Biasanya Rio selalu menungguku sebelum ke kantin. Lalu aku mengitari sekolah mencari Rio. Tepat di depan kelas 12 IPS, mataku tertuju pada dua orang yang sedang duduk di sebuah kursi di pinggir kolam sambil mengobrol. Ternyata itu Rio dan Risa. Aku kaget melihatnya.’Segitu seriusnya kah Rio suka sama Risa hingga dia melupakan aku…?’gumamku dalam hati. Aku langsung berlari menuju kelas. Ternyata Rio mengejarku. Aku langsung duduk di bangku kelasku. Rio menyusulku dan duduk disebelahku.
“Lu gak papa kan…?”tanya Rio dengan ekspresi datarnya.
Aku tak menjawab sepatah kata pun. Mungkin saat itu mukaku sangat kusut saat itu dan Rio mengerti kalau aku lagi kesal. Tiba-tiba Rio beranjak dari tempatnya dan berjalan meninggalkan aku.
‘Kenapa Rio jadi jahat gini..? aduh… apa aku keterlaluan sama Rio ya..? aku takut Rio marah sama aku..’gumamku dalam hati.
Saat itu aku jadi serba salah. Aku cemburu sama Rio dan aku marah, itu wajar menurutku karena aku sayang dengan Rio. Tapi di sisi lain aku juga salah karena memiliki perasaan seperti ini pada Rio karena Rio adalah sahabatku sendiri, dan harusnya aku gak boleh begini sama Rio.
Tiba-tiba Rio datang menghampiriku. Aku menatapnya dengan muka kecewa sekaligus sedih. Lalu Rio duduk disebelahku dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Ternyata sebuah permen lollipop kesukaanku. Kupikir tadi Rio pergi meninggalkan aku karena marah, eh… ternyata dia pergi untuk membeli lollipop. Lalu Rio memberikan lollipop itu padaku.
“Nih… gak usah sedih..”kata Rio sambil memberikan lollipop itu.
“Makasih…”sahutku cuek.
“Senyum dong.. Gue punya banyak cerita ni…” kata Rio sambil tersenyum dengan manisnya.
Lalu aku pun membalas senyuman Rio yang manis itu.
‘Hm… apayang akan Rio ceritakan..?’tanyaku dalam hati.
Aku jadi penasaran, apakah dia akan mengatakan kalau dia sayang sama aku. Aku jadi gede rasa.
“Mau cerita apa yo..?”tanyaku semangat.
“Tagi gue kenalan sama Risa, anaknya baik banget cuman dia agak centil. Kita tadi cerita ini itu,dia bercerita tentang teman-teman lamanya bahkan tentang keluarganya padaku..”kata Rio.
‘Ya ampun…sampai segitunya Rio bercerita tentang Risa…’gumamku dalam hati.
Mulut Rio tak henti-hentinya bercerita tentang Risa. Aku tak menghiraukan perkataannya malah aku asik sendiri dengan lolipop yang dia berikan padaku.
‘Rio itu gak punya perasaan yah..? tega-teganya dia cerita tentang Risa sama aku yang jelas-jelas suka sama dia. Huft… tapi kan Rio gak tau tentang perasaanku…’gumamku dalam hati sekali lagi.
Aku jadi malas dengan Rio, lalu aku tidur di atas tas sekolahku sambil mendengarkan Rio bercerita ini itu.
Sepanjang pelajaran Rio terus bercerita tentang Risa. Aku jadi ingin muntah dengerin cerita-cerita Rio yang semuanya tentang Risa. Berhari-hari yang Rio ceritakan hanya Risa.. Risa.. dan Risa.. hingga pada suatu hari Rio mengajakku pulang, tapi aku menolaknya. Aku muak dengan Rio yang selalu bercerita tentang Risa padaku, yang selalu membuatku sakit hati.
“Pulang yuk…!”ajak Rio.
“Ogah..!!”sahutku cuek.
“Lu napa sih…?”tanya Rio.
“Gue pulang naik taksi aja..!!’ kataku sambil meninggalkan Rio.
Aku langsung meninggalkan Rio dan memanggil sebuah taksi dan masuk ke dalamnya. Tiba-tiba hp-ku berdering, ternyata Rio menelfonku. Tanpa pikir panjang aku mematikan telfon dari Rio. Pasti Rio tau kalau aku marah padanya. Beberapa saat kemudian hp-ku berdering lagi, ternyata Rio mengirim sms padaku. Aku tak membaca sms dari Rio. Lalu tak lama kemudian Rio menelfonku lagi. Karena aku sangat kesal dengan Rio, aku langsung mematikan telfon darinya dan segera ku matikan hp-ku.
Saat tiba dirumah aku langsung tiduran di kasurku, dipikiranku hanya ada Rio.. Rio.. dan Rio… kepalaku semakin penat saja karena memikirkan Rio. Kulihat hp-ku yang tergeletak di kasur. Aku mengambilnya lalu mengaktifkannya. Ternyata ada 18 sms masuk di hp-ku. Aku membukanya, ternyata semua sms itu dari Rio. Lalu aku membacanya satu per satu. Dalam smsnya dia bertanya aku kenapa dan beberapa sms permintaan maaf. Tapi tak satupun dari smsnya aku balas. Tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Aku berjalan dengan malas menuju ke pintu depan. Saat kubuka pintu, tampak sesosok cowok yang sudah tak asing lagi bagiku, dia adalah Rio. ‘Mau apa anak ini datang ke rumahku..?’tanyaku dalam hati. Kulihat matanya yang begitu tajam menatapku. Lalu aku langsung berbalik dan berjalan ke dalam rumah. Tiba-tiba dia menarik tanganku.
“Lu napa si..? gue minta maaf kalo gue emang punya salah ama lu..!”kata Rio.
Aku tak berkata apapun padanya. Lalu aku melepaskan pegangan tangan Rio dan aku keluar menuju taman rumah, aku berharap Rio mengikutiku. Dan ternyata benar, dia mengikutiku. Lalu aku duduk di kursi tamanku, dia pun duduk disampingku.
“Ngapain ke sini..?”tanyaku sinis.
“Lu napa..? marah sama gue..?”tanyanya.
‘ih.. ni anak gag sensitif banget sih jadi cowok.. masa ga ngerasa kalau aku cemburu ma dia’gumamku dalam hati. Lalu aku menghela nafas panjang dan memberanikan diri mengatakan semuanya pada Rio.
“Lu mau tau kenapa gue marah sama lu..? Aku gak suka lu selalu ngomongin Risa dihadapan gue, lu selalu aja bangga-banggain dia. Apa lu gak mikir gimana perasaan gue.. saat lu bilang kalau lu suka sama Risa..? Sakit yo… gue cemburu sama Risa, karena gue sayang sama lu yo..!!”kataku dengan nada tinggi.
Tak terasa air mataku menetes. Aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Aku berkata seperti itu pun karena terpaksa, aku gak mau kehilangan Rio. Aku berlari meninggalkan Rio yang masih duduk di kursi tamanku, dan aku langsung masuk ke kamarku. Aku pun menangis sejadi-jadinya. Hatiku serasa tidak karuan.
Keesokan harinya aku dan Rio hanya saling berdiam diri satu sama lain. Tak satupun dari kami yang memulai pembicaraan. Berhari-hari kami hanya saling membisu. Hari-hariku menjadi suram, tak ada keceriaan sama sekali. Tak ada canda tawa yang kudengar dari Rio. Semakin hari aku semakin berfikir, apakah aku salah melakukan semua ini..? Entahlah… aku semakin bingung memikirkan semua ini.
Hingga suatu hari aku duduk di bangku taman sekolah dengan muka yang murung. Sambil bertopang dagu tiba-tiba mataku tertuju pada seseorang yang berjalan menghampiriku. Ternyata itu Rio. ‘Apa yang akan dia perbuat kali ini..?’tanyaku dalam hati. Lalu Rio duduk di sampingku. Aku menghela nafas panjang dan menyenderkan tubuhku ke kursi taman itu.
“Lu beneran sayang sama gue..?”tanya Rio dengan pandangan lurus kedepan.
Aku kaget mendengar pertanyaanya. Aku gak tahu harus menjawab apa lagi. Aku hanya diam. Lalu Rio membalikkan badanya dan menghadap ke arah diriku, dia menatapku dengan serius.
“Sebenernya…. Gue juga sayang sama lu..!”kata Rio.
‘Apa..?! aku tidak salah dengar..?’gumamku dalam hati.
Benarkah Rio sayang sama aku, atau itu hanya sebuah cara agar aku memaafkannya..? perasaanku tidak karuan.
“Risa..”kataku lirih.
Rio hanya menggelengkan kepalanya.
“Gue cuman kagum sama dia..”kata Rio.
Aku senang sekali mendengar perkataan Rio. Ternyata selama ini dia hanya mengegumi Risa. Aku langsung tersenyum padanya.
“Meskipun kita saling menyayangi.. gue harap persahabatan kita gak bakalan ancur sampek di sini aja.. gue mau kita tetep sahabatan..”kata Rio.
Aku berfikir sejenak. Mungkin emang benar apa yang Rio katakan. Persahabatan memang lebih abadi daripada apapun, mungkin suatu saat ada waktunya dimana aku dan Rio lebih dari sahabat. Aku sangat bahagia Rio telah kembali. Aku tersenyum selebar-lebarnya dan setetes air mata kebahagiaan menetes dari mataku. Lalu Rio pun tersenyum dengan manisnya padaku. Senyum manisnya membuatku semakin bahagia. Karena aku terlalu bahagia, aku memeluk Rio sekencang-kencangnya. Rio pun memeluk tubuhku. Betapa bahagianya saat itu, dalam pelukan hangat dari Rio itu aku berdoa semoga Rio akan selalu berada didekatku dan aku harap persahabatan ini yang akan menyatukan aku dan Rio.
Subscribe to:
Posts (Atom)