Niatnya Berburu Meteor Orionids




Tadi malem pas mau tidur sudah berangan-angan bakalan bangun jam 3 buat berburu meteor, sampe udah janjian sama papa buat bangun. Eh.. apesnya -.- aku sama papa gak ada yang bangun jam segitu, aku baru ingetnya jam setengah lima :O bayangin aja udah terang banget jam segitu -___-' ckckckckc....
Dan alhasil yang aku dapetin cuma foto ini, yang diambil pake hp SE W205 1,3MP :P meski gak dapet meteornya masih ada foto oleh2nya XP hahahah...

Kalender Astronomi November 2011

Tanggal / Waktu / Peristiwa

02 / 08:24 / Merkurius-Venus 2°
02 / 23:38 / Bulan Kuartir Awal
06 / 05:27 / Hujan Meteor South Taurid; ZHR = 10
08 / 20:20 / Bulan di Apogee Sejauh 406200 km
10 / 14:51 / Venus-Antares 3.9°
10 / 15:30 / Mercury-Antares 1.9°
11 / 01:21 / Mars-Regulus 1.3°
11 / 03:16 / Bulan Purnama
11 / 18:27 / Saturnus-Spica 4.3°
12 / 01:43 / Bulan-Pleiades 3.1°
13 / 04:43 / Hujan Meteor North Taurid; ZHR = 15
13 / 07:35 / Bulan Descending Node
13 / 14:23 / Bulan Deklinasi +22.6°
13 / 14:49 / Merkurius-Venus 2°
14 / 15:59 / Merkurius Elongasi Timur 22.7°
18 / 11:01 / Hujan Meteor Leonid; ZHR = 15
18 / 22:09 / Bulan Kuartir Akhir
23 / 00:21 / Bulan-Spica 2.1°
24 / 06:24 / Bulan di Perigee Sejauh 359700 km
25 / 13:10 / Bulan Baru
25 / 13:22 / Gerhana Matahari Parsial*
26 / 08:02 / Bulan Ascending Node
26 / 13:47 / Bulan Deklinasi -22.6°
27 / 11:29 / Bulan-Venus 2.8°

* Tidak bisa diamati di Indonesia

Copyright: Kalender Astronomi

Tidak Ada Kiamat di Tahun 2012

Penulis | February 24, 2009


Hmm … sepertinya banyak juga ya penggemar kiamat 2012. Ada apa sebenarnya, sehingga manusia sangat tertarik dan percaya dengan mudah pada isu-isu seperti ini?
Katanya, dunia akan berakhir pada tanggal 21 Desember 2012! Runutan angka yang menarik yang membuat Anda langsung terperangah dan menggumam, “Ah benar juga … pasti bener nih beritanya”. Lantas, tanpa telaah lanjut, Anda pun berkata kiamat tinggal 3 tahun lagi. Atau kalau Anda tak percaya teori kiamat, Anda langsung berkomentar, “Cuma Tuhan yang tahu kapan kiamat”, “Ah kamu musyrik …”, atau “Itu info disebarkan oleh orang tak beragama”.  Sekali lagi, semua informasi hanya ditelan tanpa ditelaah.
Piramida peninggalan suku Maya. kredit : whoyoucallingaskeptic.wordpress.com
Piramida peninggalan suku Maya. kredit : whoyoucallingaskeptic.wordpress.com
Nah, karena dunia akan kiamat sebentar lagi, berhentilah merencanakan hidup, karier Anda, tak usah lagi berpikir untuk punya rumah, segeralah menikah sebelum kiamat, dan pastikan Anda bisa bersenang-senang menikmati hidup sebelum kiamat. Atau, segeralah bertobat. Jangan sampai saat kiamat Anda malah belum bertobat. Tiga tahun lagi lho!.
Kata sebagian orang, mungkin ini pembahasan yang aneh. Hampir setiap saat kita mendengar tentang berbagai teori kiamat … dan kenyataannya kita masih ada di sini. Belum ada satu teori pun yang kebenarannya terbukti. Tapi, kenapa 2012 begitu penting?
Katanya, kalender Maya akan berhenti tahun 2012, dan kemudian jadi semacam agama dan kepercayaan baru, mengalahkan kepercayaan yang ada di masyarakat. Mengabaikan semua alasan saintifik dan pada akhirnya membawa masyarakat pada kekhawatiran baru. Lupakan Nostradamus, Y2k, dan semua prediksi kiamat lainnya, karena sekali lagi menurut ramalan 2012, planet X akan kembali dan menghancurkan Bumi.
Ok … kita berhenti dulu di sini dan mari kita telaah setiap alasan yang muncul tentang kiamat 2012 ini. Dan bagi Anda para penggemar nubuat Kalender Maya, saya punya berita buruk untuk Anda semua. Tidak akan ada kiamat di tahun 2012 …  dan ini alasannya, silakan disimak.
Kalender Maya
Kalender Maya
Kalender Maya
Apa itu kalender Maya? Ini merupakan kalender yang disusun oleh sebuah peradaban yang dikenal dengan nama Maya pada kisaran 250-900 M. Bukti kehadiran peradaban Suku Maya ini bisa dilihat dari sisa kerajaannya di hampir semua bagian selatan Meksiko, Guatemala, Belize, El Savador, dan sebagian Honduras.
Dari bukti-bukti sejarah, masyarakat suku Maya memang memiliki kemampuan menulis yang baik dan juga kemampuan untuk membangun kota dan perencanaan kota. Dalam hal membangun, Suku Maya terkenal dengan bangunan piramida dan berbagai bangunan besar lainnya. Tak hanya itu, dalam kebudayaan, peradaban suku Maya memberi pengaruh yang sangat besar pada kebudayaan Amerika Tengah. Pengaruh itu bukan hanya dalam hal peradaban namun juga dalam hal populasi pribumi di area tersebut. Sampai saat ini, sejumlah Suku Maya masih tetap ada dan meneruskan tradisi mereka yang telah berumur ribuan tahun itu.
Suku Maya dalam kehidupannya menggunakan beberapa kalender berbeda. Bagi mereka, waktu merupakan penghubung dengan lingkaran spiritual. Kalender memang digunakan untuk hal-hal praktis seperti untuk kehidupan sosial, pertanian, perdagangan dan berbagai keperluan administratif. Namun dipercaya ada elemen religi yang besar di dalamnya yang memberi pengaruh. Bagi suku Maya, setiap hari memiliki ruh pelindung yang berbeda sehingga setiap hari memiliki fungsi yang berbeda pula. Sangat berbeda dengan kehidupan modern dengan kalender Gregorian yang hanya menetapkan kalender sebagai waktu yang terkait dengan hal-hal administratif, kehidupan sosial dan keperluan ekonomi.
Kebanyakan kalender Maya memiliki rentang waktu pendek.
  • Kalender Tzolk’in berakhir dalam 260 hari
  • Kalender Haab’ memberi perkiraan 1 tahun Matahari yakni 365 hari.
Suku Maya kemudian menggabungkan kedua kalender ini membentuk “Calendar Round”, siklus yang akan berakhir setelah 52 Haab (sekitar 52 tahun atau kisaran panjangnya satu generasi). Di dalam “Calendar round” terdapat Trecena ( siklus 13 hari) dan Veintena (siklus 20 hari). Tampaknya, sistem siklus ini berlaku dengan mempertimbangkan jumlah hari dalam 52 tahun adalah 18980 hari.
Untuk bangsa Maya, sains dan agama adalah satu. Mereka membangun sistem matematika dan astronomi yang cukup impresif, terkait dengan kepercayaan mereka. Pencapaian dalam hal matematika bisa dilihat pada notasi posisi dan penggunaan angka nol. Dalam astronomi, mereka secara akurat menghitung tahun Matahari, melakukan kompilasi tabel posisi bulan dan Venus, serta memprediksi Gerhana Matahari. Suku Maya juga memiliki penanggalan untuk “siklus Venus” yang cukup akurat. Kalender Venus ini dibuat berdasarkan lokasi Venus di langit malam. Hal yang sama tampaknya juga dilakukan pada planet-planet lainnya.
Sistem “Calendar Round” ini memang sangat baik untuk mengingat hari kelahiran atau periode keagamaan. Namun, untuk merekam sejarah, kalender ini tak bisa dijadikan patokan karena tak dapat merekam kejadian yang lebih tua dari 52 tahun.
Akhir Perhitungan Panjang = Akhir Dunia?
Alam semesta menurut suku Maya. Kredit : edwardtbabinski.us
Alam semesta menurut suku Maya. Kredit : edwardtbabinski.us
Karena tak bisa merekam kejadian sejarah yang lebih tua dari 52 tahun, Suku Maya punya solusi lain. Dengan metode yang cukup inovatif, mereka bisa memperluas jangkauan “Calendar Round” yang tadinya cuma 52 tahun itu.
Sampai di titik ini, kalender Maya akan tampak sangat kuno, bahkan bisa dikatakan dibuat hanya berdasarkan kepercayaan religi, siklus bulan, kalkulasi matematika dengan siklus atau unit 13 dan 20 sebagai dasar perhitungan disertai campuran kepercayaan mitologi. Satu-satunya prinsip kalender yang memiliki korelasi dengan kalender modern hanyalah Haab yang mengenali panjang tahun Matahari yakni 365 hari. Sebagai jawaban atas penanggalan yang lebih panjang, Suku Maya membuat sistem penanggalan “Long Count” atau “Perhitungan Panjang”, kalender yang akan berakhir setelah 5126 tahun.
Sistem penanggalan Maya untuk “Long Count” ini memang menarik, dan secara numerik dapat diprediksi dan bisa dengan akurat menunjuk pada penanggalan dalam sejarah. Penanggalan ini bergantung pada basik perhitungan dengan unit 20. Kalender modern saat ini menggunakan dasar perhitungan dengan unit 10.
Nah bagaimana perhitungannya?
Tahun dalam “Long Count” kalender Maya, dimulai dari 0.0.0.0.0. Tiap angka 0 merepresentasikan angka 0-19, dan setiap angka merepresentasikan perhitungan hari-hari suku Maya.
Untuk hari pertama, kalendernya akan seperti ini : 0.0.0.0.1 dan pada hari ke-19 akan menjadi 0.0.0.0.19. Jika mencapai angka 20, kalendernya akan jadi : 0.0.0.1.0. Perhitungan ini akan menunjukkan 0.0.1.0.0 untuk satu tahun dan 0.1.0.0.0 untuk kisaran 20 tahun dan 1.0.0.0.0 utuk kisaran 400 tahun. Maka, penanggalan 2.10.12.7.1 akan melambangkan penanggalan untuk hari ke-1 di bulan ke-7 dan tahun 1012.
Lantas, apa hubungannya dengan akhir dunia?
Suku Maya sangat terobsesi dengan waktu. Pemahaman dan prediksi berbagai siklus waktu akan memberi mereka kemampuan untuk mengadaptasinya dalam kehidupan di dunia. Menurut kosmologi bangsa Maya, dunia ini telah diciptakan 5 kali dan dihancurkan 4 kali. Dalam skala yang sementara, berbagai hari di dalam satu tahun dianggap cocok untuk aktivitas tertentu, sedangkan sebagian lainnya merupakan ketidakberuntungan.
Nah, menurut kepercayaan suku Maya, sesuatu yang buruk akan terjadi jika kalender “Long Count” berakhir. Berbagai pembagian dilakukan para ahli, namun karena suku Maya mendasarkan perhitungan numerik pada siklus 13 dan 20, maka bisa jadi hari terakhir kalender mereka adalah 13.0.0.0.0. Kapankah itu? Angka 13.0.0.0.0 merepresentasikan 5126 tahun dan “Long Count” ini berawal pada 0.0.0.0.0 yakni 11 Agustus 3114 SM menurut penanggalan Gregorian.
Nah, dengan demikian, kalender Maya akan berakhir 5126 tahun kemudian, yakni 21 Desember 2012. Inilah yang jadi dasar pemikiran tentang kiamat di tahun 2012.
Akhir Dunia
Ilustrasi tabrakan yang terjadi. Kredit : NASA
Ilustrasi tabrakan yang terjadi. Kredit : NASA
Sepertinya, saat sesuatu itu berakhir, termasuk ketika perhitungan kalender kuno berakhir, masyarakat cenderung berpikir pada kemungkinan ekstrem bahwa peradaban juga akan ikut berakhir. Entah dengan cara apa dunia akan berakhir. Berbagai argumentasi bermunculan, antara lain Bumi akan ditabrak oleh sebuah planet, asteroid, atau entah bencana apalagi. Intinya, jika kalender ini berakhir maka Bumi akan tersapu dan hancur.
Ahli arkeologi dan juga orang-orang yang keahliannya pada hal mitologi percaya bahwa akan ada era pencerahan yang muncul jika 13.0.0.0.0 tiba. Dan ini juga tidak berarti akan kiamat atau apa pun. Tidak ada bukti yang menunjukkan dunia akan berakhir. Bahkan, jika memang ada, maka suku Maya bisa dikatakan berhasil memprediksikan sebuah keajaiban religius.
Mitos terus berkembang, bahkan film Indiana Jones and the Kingdom of Crystal Skull sepertinya dibuat berdasarkan mitos suku Maya. Dikatakan, 13 tengkorak kristal akan dapat menyelamatkan kemanusiaan dari kiamat. Mitos di film ini mengatakan jika ke-13 tengkorak kuno ini tidak diletakkan bersama pada waktu tertentu, Bumi akan bergeser dari sumbunya. Menarik memang untuk sebuah film, bisa meraih penontonnya yang mudah percaya pada mitos ….
Tak hanya itu. Mitos yang berkembang mengatakan bahwa Bumi akan dihancurkan oleh tabrakan Planet X, tabrakan meteorit, dihisap lubang hitam, dibunuh oleh flare Matahari, Bumi hancur oleh ledakan sinar gamma dari sistem bintang, datangnya zaman es yang lebih cepat dan pergeseran kutub magnet. Bahkan setiap prediksi disertai bukti-buktinya sendiri. Dan pada akhirnya begitu banyak pengikut kiamat 2012 ini. Sayangnya tak satu pun argumentasi yang diberikan itu bisa dibuktikan kebenarannya.
Fakta yang ada menyatakan Nubuat Kiamat Suku Maya murni berdasarkan kalender yang memang tidak didesain untuk menghitung penanggalan setelah 2012. Hal ini disebabkan karena suku Maya mendasarkan perhitungan pada siklus 13 dan 20.
Arkeo-astronom Maya bahkan masih memperdebatkan masalah kalender “Long Count” ini. Pertanyaannya, apakah kalender ini akan kembali ke 0.0.0.0.0 setelah 13.0.0.0.0 atau akan terus berlanjut sampai 20.0.0.0.0 (sekitar 8000M) dan kemudian kembali ke 0.0.0.0.0?
Mengutip kata-kata Karl Kruszelnicki dalam “Great Moments in Science“:
“ … ketika Kalender mengakhiri siklusnya, ia akan berputar kembali ke siklus berikutnya. Dalam masyarakat modern, setiap tanggal 31 Desember tidak diakhiri dengan akhir dunia, namun dilanjutkan oleh siklus berikut yakni 1 Januari. Karena itu, 13.0.0.0.0 dalam kalender Maya akan diikuti oleh 0.0.0.0.1 atau 22 desember 2012, yang hanya menyisakan beberapa hari untuk berbelanja keperluan Natal.”
Siklus kalender Maya boleh berakhir, namun siklus baru akan kembali berulang … dan membawa hari baru bagi penghuni Bumi.
Sumber : Universe Today

Menyongsong Badai Meteor Draconids

By Ma'rufin Sudibyo - Fri Oct 07, 5:57 am

Sebuah hujan meteor, yakni munculnya meteor–meteor saling susul–menyusul dalam jumlah besar di langit, akan terjadi pada Sabtu 8 Oktober 2011 jelang tengah malam besok. Intensitasnya luar biasa besar, karena diperkirakan setiap jamnya bakal nongol 750 hingga 1.000 buah meteor di langit, sehingga menyebabkan hujan meteor ini menempati status badai meteor. Dan karena semua meteornya seolah–olah berasal dari satu titik di gugusan bintang Draco, maka badai meteor ini pun dinamakan badai meteor Draconids.
Namun karena langit malam dihiasi dengan Bulan fase benjol menuju purnama, maka tidak seluruh meteor itu dapat disaksikan dengan jelas. Diperkirakan hanya 5 s/d 20 % saja dari jumlah meteor tersebut yang dapat dilihat mata manusia karena kecerlangannya mampu mengalahkan dominasi cahaya Bulan. Itu setara dengan 37 s/d 200 meteor per jam.
Dan sayangnya lagi, kita di Indonesia tidak berkesempatan menyaksikan badai meteor ini dengan utuh. Puncak badai meteor diperkirakan terjadi antara pukul 16:00 s/d 21:00 UT atau setara dengan 8 Oktober pukul 23:00 WIB hingga 9 Oktober pukul 04:00 WIB. Sementara dari Indonesia gugusan bintang Draco telah terbenam dari langit utara sejak pukul 23:00 WIB. Puncak badai meteor terjadi karena Bumi tepat melintas pada remah–remah yang dilepaskan komet induknya pada tahun 1900 dan 1907. Hanya kawasan Eropa, sebagian Afrika dan sebagian Asia seperti Timur Tengah, Asia Selatan dan Rusia yang berkesempatan menyaksikan badai meteor ini.

Komet Giacobini – Zinner, sang induk badai meteor Draconids 2011. Sumber : Nakamura, 1998 dalam Cometography.com, 2011
Badai meteor Draconids merupakan hujan meteor periodik, yakni hujan meteor yang terjadi kala Bumi melintas di dekat orbit sebuah komet sehingga remah–remahnya tertarik gravitasi Bumi. Badai meteor Draconids berasal dari remah–remah komet Giacobini–Zinner, komet periodik yang pertama kali dilihat oleh Michel Giacobini (Perancis) pada 20 Desember 1900 dan bertahun kemudian diidentifikasi ulang oleh Ernst Zinner (Jerman) pada 23 Oktober 1913. Komet ini merupakan komet berperiode pendek, yang membutuhkan waktu 6,46 tahun untuk mengedari Matahari sekali putaran pada saat penemuannya. Sebagai komet berperiode pendek, maka komet Giacobini–Zinner sangat dipengaruhi oleh gravitasi planet gas raksasa Jupiter, yang mampu mengubah orbitnya secara dinamis. Sehingga periodenya senantiasa berubah secara gradual dari waktu ke waktu.
Pada 19 Januari 1958 misalnya, komet melintasi Jupiter dalam jarak 140 juta km, yang membuat periodenya menurun dari 6,56 tahun menjadi 6,4 tahun diikuti perubahan perihelion dari semula 149 juta km terhadap Matahari menjadi 141 juta km. Demikian pula pada 23 September 1969, komet melintas hanya sejauh 87 km dari Jupiter sehingga periodenya meningkat dari 6,41 tahun menjadi 6,52 tahun diikuti peningkatan perihelion dari 140 juta km terhadap Matahari menjadi 149 juta km. Pada masa kini, komet Giacobini–Zinner baru akan melintas dekat Bumi paa bulan Februari 2012 mendatang, dengan jarak perlintasan tergolong jauh yakni 278 juta km. Dengan inti komet hanya berdiameter 2 km dan magnitudo absolutnya 10,7 maka pada saat itu komet hanya akan nampak sebagai titik cahaya sangat redup pada magnitudo semu +12 sehingga untuk mengamatinya mutlak memerlukan teleskop.

Posisi sumber badai meteor Draconids di langit utara Indonesia pada 8 Oktober 2011 pukul 19:00 WIB.
Meski orbit komet ini relatif dekat dengan orbit Bumi, tidak ada perpotongan di antara keduanya sehingga peluang komet Giacobini–Zinner menumbuk Bumi adalah nol. Namun remah–remah komet, dalam rupa debu yang terserak di sepanjang orbitnya, dapat tertarik oleh gravitasi Bumi sehingga jatuh ke Bumi pada kecepatan 20 km/detik dan menjadikannya hujan meteor Draconids. Kecepatan ini tergolong lambat bagi hujan meteor periodik, katakanlah bila dibandingkan dengan hujan meteor lainnya yang berpotensi berubah menjadi badai seperti Leonids yang mampu mencapai 72 km/detik. Status hujan meteor ini dapat berubah menjadi badai meteor (yakni dengan intensitas 1.000 buah meteor per jam) bila debu–debu yang tertarik berasal dari material yang dilepaskan komet pada waktu perlintasan teranyarnya dengan Bumi kala mendekat ke Matahari. Pada 1933 dan 1946 misalnya, badai meteor Draconids pun terjadi, dengan intensitas hingga 10.000 meteor/jam.
Seperti hujan meteor periodik lainnya, badai meteor Draconids pun disebabkan oleh masuknya remah–remah komet seukuran debu, paling banter sebesar batu kecil, ke atmosfer Bumi. Tak satupun dari debu dan batu tersebut yang mampu melintasi atmosfer dengan selamat karena semuanya bakal musnah di ketinggian 60–100 km dari permukaan Bumi. Maka tak ada potensi bahaya yang datang menerpanya bagi kita semua di Bumi. Maka tak perlu takut, mari nikmati salah satu pertunjukan langit yang luar biasa ini pada Sabtu 8 Oktober 2011 besuk hingga pukul 23:00 WIB.

Kawasan yang mampu menyaksikan puncak badai meteor Draconids 2011. Sumber : IMO, 2011

www.kafeastronomi.com

Orionids Meteor Shower 2011

By Mutoha Arkanuddin - Thu Oct 20, 3:23 am

Malam Sabtu 21-22 Oktober 2011 dinihari ini sampai sebelum fajar kita dapat menyaksikan puncak Hujan Meteor Orionids (ORI – IMO27) walaupun kenampakan meteor ini sebenarnya dapat terlihat mulai tanggal 2 Oktober sampai 7 November nanti. Radiant atau pusat lesatan meteor ini berada di sisi bawah Rasi Orion Sang Pemburu atau orang Jawa menyebutnya “Lintang Waluku” tepatnya di Utara bintang merah Betelgeuse. Rasi ini tampak sangat dominan di langit Timur mulai lepas tengah malam. Orionids dapat menampakkan sampai 15-20 meteor setiap jam pada saat puncaknya. Kebanyakan dari meteor ini terlihat melesat dengan cepat di langit. Itu karena kecepatan meteor saat memasuki atmosfer Bumi mencapai 66 km/s. Meteor shower Orionids merupakan sisa debu Komet 1P/Halley yang pernah melintas dekat orbit Bumi kala itu. Waktu terbaik untuk pengamatan adalah menjelang tengah malam (sebaiknya mulai pukul 22 malam) hingga beberapa jam berikutnya. Sayangnya lepas jam 1 malam pertunjukan meteor ini akan terganggu dengan munculnya Dewi Malam sang Bulan di Langit Timur yang pada fase Bulan Tua sehingga terang cahayanya masih akan mengalahkan cahaya meteor yang redup. Namun buka berarti tanpa harapan, karena di bawah terang sang Dewi Malam pun saat melintas meteor yang cukup besar (fireball) akan menjadi pemandangan yang tak terlupakan. Tips Pengamatan Hujan Meteor:
- Berdoalah langit malam itu cerah
- Cari tempat yang gelap, lapang dan aman (bagus daerah pantai)
- Bawa beberapa atau banyak teman-teman anda agar suasana semarak
- Sebaiknya kenali sebelumnya nama rasi-rasi dan bintang yang nampak malam itu lewat software planetarium seperti Stellarium, Starrynight dsb.
- Bawa perlengkapan senter, jaket, alas tidur, makanan-minuman, mp3 player, lotion anti nyamuk dsb.
- Kamera astrofoto dan tripod bagi anda yang menyukai astrofotografi. Bagi pemilik gadget astronomi android dalam bentuk peta bintang interaktif bagus juga untuk dibawa.
- Tidak perlu teleskop maupun binokuler alias cukup mata telanjang tapi kalau ada peralatan tsb bisa juga dibawa.
- Boleh berteriak sekerasnya saat anda menyaksikan kelebatnya meteor! (asal jangan di telinga kawannya loh!)
- Jangan lupa juga hitung berapa cacah meteor yang dapat anda saksikan malam itu dengan melakukan counting selama waktu tertentu.
Selamat berburu Orionids…!
Peta radiant Meteor Shower Orionids

www.kafeastronomi.com

Satelit ROSAT "Takkan" Jatuh di Indonesia

By Ma'rufin Sudibyo - Fri Oct 21, 4:25 am

Sebuah satelit jadul yang telah rombeng selama bertahun-tahun di orbitnya, kini sedang dalam perjalanan terakhirnya untuk memasuki atmosfer Bumi dan hancur berkeping-keping akibat pemanasan oleh tekanan ram atmosfer. Namun satelit ini menimbulkan sebersit kekhawatiran karena banyak bagiannya yang tersusun oleh material tahan panas, sehingga diperkirakan 19 % diantaranya akan tetap bertahan dari kejamnya rezim pemanasan di atmosfer Bumi dan bakal jatuh menumbuk permukaan Bumi.
Satelit ROSAT. Sumber : German Aerospace Center, 2011
Satelit ROSAT. Sumber : German Aerospace Center, 2011

Satelit tersebut adalah satelit ROSAT, akronim dari Roentgen Satellite atau Satelit Roentgen, hasil kolaborasi Jerman, Inggris dan AS dalam ranah astrofisika. Satelit ROSAT sejatinya adalah teleskop ruang angkasa mirip Teleskop Hubble, namun bekerja pada spektrum sinar-X atau sinar Roentgen. Satelit ini bertulangpunggungkan teleskop sinar-X tipe Wolter yang bergaris tengah 84 cm dengan tambahan instrumen seperti Position Sensitive Proportional Counter (PSPC) bikinan Jerman, High Resolution Imager (HRI) buatan AS serta Extreme Ultraviolet (XUV) dan Wide Field Planetary Camera (WFPC) bikinan Inggris. Secara keseluruhan satelit ROSAT memiliki massa 2.400 kg dengan pengelolaan ditempatkan di bawah yurisdiksi German Aerospace Center. Satelit ini awalnya mengorbit Bumi pada ketinggian 580 km dengan inklinasi orbit 53 derajat terhadap khatulistiwa’. Satelit dirancang beroperasi selama 5 tahun saja dalam misi utamanya, namun dalam praktiknya ternyata mampu bertahan selama 8 tahun, sebelum kemudian rusak akibat paparan panas berlebihan  dari Matahari yang disebabkan oleh kesalahan orientasi dalam posisi satelit tatkala dikendalikan dari Bumi.
Satelit ini meluncur menuju orbitnya pada 1 Juni 1990 dengan digendong roket Delta II dari landasan peluncuran Cape Canaveral, Florida (AS). Satelit ROSAT awalnya dirancang diluncurkan oleh pesawat antariksa ulang-alik, namun tragedi Challenger 1986 memaksanya diantarkan ke orbitnya dengan roket Delta. Konsekuensinya satelit tidak bisa diambil dan dikembalikan lagi ke Bumi dari orbitnya ketika misinya sudah usai. Padahal satelit ini,sebagai satelit jadul, tidak dilengkapi mekanisme tambahan yang membuatnya mampu bertahan di orbitnya dengan leluasa. Sebab sebagai satelit yang mengorbit di bawah ketinggian 800 sampai dengan 1.000 km, ROSAT sejatinya masih berada di dalam lapisan atmosfer Bumi khususnya lapisan teratas yang kepadatan udaranya sangat tipis, yakni lapisan termosfer (ionosfer). Meski udara di sini amat sangat tipis, namun gesekannya dengan satelit ROSAT dalam jangka panjang membuat orbit ROSAT secara perlahan-lahan berubah sehingga ketinggiannya makin menurun. Akibat ketiadaan mekanisme yang sama membuat penurunan ketinggian satelit ROSAT tidak dapat dikendalikan (uncontrolled re-entry).
Satelit ROSAT sebagaimana diabadikan astronom amatir Thierry Legault (Perancis) menggunakan teleskopnya, pada dua kesempatan berbeda. Sumber : Legault, 2011 dalam Spaceweather.com, 2011
Satelit ROSAT sebagaimana diabadikan astronom amatir Thierry Legault (Perancis) menggunakan teleskopnya, pada dua kesempatan berbeda. Sumber : Legault, 2011 dalam Spaceweather.com, 2011
Dengan penurunan yang terus berlangsung secara kontinus, maka pada satu saat ketinggian satelit ROSAT akan memasuki batas ketinggian 120 km. Pada titik ini satelit akan mengalami gaya hambat udara yang jauh lebih besar sehingga kecepatannya terus merosot, ketinggiannya terus menurun dan memasuki lapisan atmosfer yang lebih padat dibawahnya sembari membara akibat pemanasan oleh tekanan ram. Dengan desainnya sebagai teleskop ruang angkasa, tidak seluruh komponen satelit musnah saat membara di atmosfer, karena banyak diantaranya yang terbuat dari material tahan panas ataupun berlapis keramik. Diestimasikan 450 kg sisa komponen satelit akan bertahan dan bakal menumbuk permukaan Bumi dalam kecepatan yang masih tergolong tinggi, sekitar 100-an km/jam. Komponen terbesar yang bakal jatuh adalah cermin teleskop satelit, yang memang sangat tahan panas. NASA mengestimasi probabilitas fatalitas manusia akibat jatuhnya satelit ROSAT ini adalah 1 berbanding 2.000.
Satelit ROSAT nampak sebagai kilatan cahaya saat difoto Vanderhoff dari Wyoming (AS0, 18 Oktober 2011. Sumber : Vanderhoff, 2011 dalam Spaceweather.com
Satelit ROSAT nampak sebagai kilatan cahaya saat difoto Vanderhoff dari Wyoming (AS0, 18 Oktober 2011. Sumber : Vanderhoff, 2011 dalam Spaceweather.com
NASA semula memprediksikan satelit ROSAT baru bakal jatuh ke Bumi pada akhir 2011. Namun meningkatnya aktivitas Matahari membuat atmosfer Bumi lebih mengembang sehingga terjadi peningkatan ketinggian lpaisan termosfer yang diikuti dengan peningkatan kerapatan udara didalamnya. Sehingga gesekan udara yang diderita satelit ROSAT menjadi lebih besar dan akibatnya jadwal kejatuhan satelit ini pun bergeser menjadi bulan Oktober 2011 ini. Estimasi termutakhir menunjukkan satelit bakal jatuh di sekitar tanggal 23 Oktober 2011 besok, dengan lokasi titik jatuhnya tetap belum diketahui dengan pasti.
Dengan inklinasi orbit 53 derajat, maka secara teoritis satelit ROSAT mengorbit Bumi di antara garis lintang 53 LU hingga 53 LS. Dengan demikian Indonesia selalu tercover dalam orbit ROSAT sehingga semula diestimasikan Indonesia menjadi salah satu kawasan yang berpotensi sebagai titik jatuh satelit ROSAT. Namun prediksi terakhir seperti diulas situs Heavens-Above.com memperlihatkan, satelit ROSAT sudah tidak melintas di atas Indonesia untuk tanggal 21 hingga 31 Oktober 2011 mendatang. Pada saat ini (Jumat 21 Oktober 2011), satelit ROSAT masih menempati orbit setinggi 192 x 199 km dengan posisi orbit terus bergeser ke arah barat. Prediksi lokasi jatuhnya satelit adalah di manapun di kawasan Afrika, Samudera Atlantik, Amerika maupun Samudera Pasifik.
Jejak lintasan (groundtrack) satelit ROSAT pada Jumat pagi 21 Oktober 2011. Dengan kecenderungan migrasi orbit ke barat, satelit ROSAT tak bakal melintas di atas Indonesia antara 21 hingga 31 Oktober 2011. Sumber : Heavens-Above.com, 2011
Jejak lintasan (groundtrack) satelit ROSAT pada Jumat pagi 21 Oktober 2011. Dengan kecenderungan migrasi orbit ke barat, satelit ROSAT tak bakal melintas di atas Indonesia antara 21 hingga 31 Oktober 2011. Sumber : Heavens-Above.com, 2011

www.kafeastronomi.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...