Cinta Dibawah Nisan

Sore itu hujan tak lagi rintik-rintik. Hujan begitu derasnya, membangunkan tidur Sivia. Sivia berjalan ke serambi kamarnya. Dia rasakan angin bercampur embun-embun air. Sivia termenung sesaat, pikirannya melayang ke tiga tahun yang lalu.
            Saat itu hujan sederas ini, Sivia berdiri di bawah pohon menanti supir yang biasa menjemputnya. Baju Sivia mulai tertetesi oleh air hujan. Saat itu Sivia baru saja pulang sekolah, tepatnya saat itu Sivia sedang MOS, dia masih baru menjadi siswa SMA. Angin berhembus kencang saat itu, badan Sivia terasa sangat dingin. Hujan yang semakin deras membuat badan Sivia basah kuyup. Tiba-tiba seseorang dengan motor ninja berhenti dihadapannya. Seorang cowok turun dari motor itu dan menghampiri Sivia. Sambil berjalan dia membuka helm yang menutupi wajahnya. Sivia menatap cowok itu, cowok itu semakin mendekati Sivia. Dia berdiri di samping Sivia. Dia membuka jaketnya, Sivia membaca nama cowok itu di seragamnya, tertulis ‘Gabriel Stevent Damanik’ dan betnya merupakan bet kelas sebelas. Berarti cowok itu adalah kakak kelas Sivia. Sivia sempat bingung, mau apa di di sini. Awalnya Sivia berfikir, mungkin orang itu ingin meneduh. Namun tiba-tiba dia memasangkan jaketnya pada Sivia yang mulai menggigil. Sivia menatap Gabriel dan Gabriel tersenyum pada Sivia. Kemudian Gabriel kembali ke motornya dan melesat dengan kencangnya dan sekejap sosok Gabriel hilang dari pandangan Sivia. Sivia bingung sendiri melihatnya. Namun setelah itu Sivia tidak pernah lagi bertemu dengan Gabriel, padahal mereka satu sekolah.
            Lamunan Sivia buyar saat petir menyambar. Sivia kembali ke dalam kamarnya, dia melirik sebuah jaket yang digantung di balik pintu kamarnya. Ya, itu jaket Gabriel. Jaket itu masih ada di Sivia, karena Sivia tak pernah bertemu dengan Gabriel jadi Sivia tak bias mengambalikan jaket itu. Sivia masih terus menyimpan jaket itu sejak tiga tahun lalu.
            Keesokan harinya Sivia bersiap untuk hari pertama kuliahnya. Kini Sivia telah lulus SMA dan dia telah mengikuti beberapa tes di perguruan tinggi dan akhirnya dia masuk di fakultas kedokteran di UI. Sivia mulai menyiapkan beberapa bahan-bahan yang dibutuhkan untuk ospek. Saat hendak keluar kamar Sivia melihat jaket Gabriel, kemudian Sivia mengambil jaket itu dan memakainya. Sivia berharap jaket ini membawa keberuntungan seperti tiga tahun lalu saat dia MOS.
            Saat sampai di kampus, Sivia bersiap-siap untuk ospek. Acara demi acara yang dilakukan seniornya dilakukan dengan baik. Namun acara terakhir ini adalah acara paling Sivia benci. Yaitu uji nyali. Setiap mahasiswa baru di suruh memasuki kamar mayat satu per satu. Badan Sivia mulai panas dingin. Giliran Sivia pun tiba, dengan berat hati Sivia melangkah perlahan memasuki kamar mayat. Sampil menutup mata Sivia masuk ke dalam kamar mayat. Jantung Sivia berdegup sangat kencang, badan Sivia menjadi dingin semua dan wajanya mulai memucat. Sivia sudah tidak tahan lagi. Sivia berlari keluar kamar mayat sambil berteriak kencang.
            “Aaaaaaa…..!!!”teriak Sivia.
Saat keluar kamar mayat Sivia menabrak seseorang. Karena ketakutan dengan reflek Sivia memeluk orang yang dia tabrek itu.
            “Sivia takut…”rintih Sivia.
Orang itu memeluk Sivia. Tiba-tiba Sivia pingsan, wajah Sivia sangat pucat. Orang itu segera menggendong Sivia ke ruang perawatan.
            Tak berapa lama kemudian Sivia tersadar, matanya mashih sedikit berkunang-kunang. Dia menatap beberapa orang di sekelilingnya. Dilihatnya beberapa kakak seniornya.
            “Aku kenapa..??”tanya Sivia.
            “Kamu tadi pingsan..”kata senior Sivia.
Sivia mengingat-ingat kejadian yang tadi, dia ingat dia ketakutan kemudian keluar kamar mayat dan menubruk seseorang.
            “Siapa yang bawa aku ke sini kak..??”tanya Sivia.
            “Oh itu.. si stevent anak semester 3 fakultas kedokteran..”jawab salah satu senior Sivia.
            “Ohh..”sahut Sivia.
Sivia masih terbaring di ranjang, tak berapa lama ayah Sivia dating.
            “Sivia gak papa..?”tanya ayah Sivia.
            “Gak papa kok yah..”sahut Sivia.
            “Yaudah pulang ya.. Biar ayah yang izinin..”kata ayah Sivia.
Sivia hanya mengangguk mendengar perintah ayahnya. Ayah Sivia meninggalkannya sebentar untuk menemui ketua panitia ospek untuk meminta izin supaya Sivia dibolehkan untuk pulang. Tak berapa lama ayah Sivia kembali dan membopong Sivia ke dalam mobil.
***
            Keesokan harinya Sivia memaksa pergi ke kampus, walaupun ayah dan bundanya melarang. Sivia bertekat untuk menemukan stevent yang telah menolongnya kemarin untuk mengucapkan terima kasih. Sivia memakai jaket Gabriel lagi hari ini. Dan dia diantar ayahnya ke kampus.
            Sesampainya di kampus, Sivia melangkah dengan santainya menuju fakultas kedokteran. Ditengah perjalannannya seseorang dari arah berlawanan menyapa Sivia.
            “Sivia…”kata orang itu.
Sivia terdiam sesaat, saat orang itu telah melewatinya, Sivia menoleh ke belakang dan orang itu tersenyum pada Sivia. Sivia pun tersenyum pada cowok itu. Sivia kembali melangkah, tiba-tiba Sivia menghentikan langkahnya dan terdiam.
            ‘Kayaknya aku kenal deh sama dia.. Wajahnya gak asing… tapiii… siapa yaa…’batin Sivia.
Cukup lama Sivia mencoba mengingat orang itu. Sivia berusaha keras untuk mengingatnya, dan akhirnya Sivia pun ingat.
            “Kak Gabriel..!!”teriak Sivia.
Sivia segera menoleh ke belakang berharap bahwa cowok yang tadi masih di sana dan dia memamng Gabriel. Saying yang dia harapkan tidak terjadi, sosok itu telah lenyap dari hadapannya. Sivia merasa kecewa. Dia melangkah dengan gontai menuju ke fakultas ke dokteran.
            ‘Ah sial.. Tadi kurang cepet ih.. hmm.. tadi Gabriel beneran gak ya..?? Ah gak tau deh, tapi mana mungkin gitu tiba-tiba kak Gabriel nongol di depan gue, pake nyapa lagi.. oke via, lupakan.. lupakan.. sekarang waktunya nyari si stevent…’gumamnya.
Sivia terus melangkah, saat dia tiba di fakultas kedokteran, dia melihat beberapa seniornya yang sedang berkumpul. Sivia mencoba bertanya pada mereka.
            “Permisi kak…”kata Sivia.
            “Iyaa..”sahut mereka.
            “Boleh tanya gak kak..?? kakak tau stevent anak semester tiga gak..??”tanya Sivia.
            “Stevent kayaknya udah balik deh..”jawab salah seorang dari mereka.
            “Oh.. yaudah deh.. makasih ya kak..”kata Sivia.
Sivia merengut mendengar jawaban yang dia terima. Dengan lesu Sivia mengikuti pelajaran. Mukanya begitu muram. Dia masih ingin sekali bertemu dengan stevent, selain ingin mengucapkan terima kasih Sivia juga ingin meminta maaf karena dia telah memeluk stevent seenaknya.
            Saat dosen Sivia selesai member materi, Sivia mulai merapikan buku-bukunya. Tiba-tiba salah seorang teman Sivia menyebut nama stevent.
            “Stevent..!!”teriak salah seorang teman Sivia.
Mendengar nama itu Sivia langsung reflek dan berbalik arah, orang yang dipanggil stevent oleh temannya itu segera berhenti di pintu kelas Sivia. Sivia bertanya pada salah seorang temannya.
            “Eh.. itu stevent anak fk semester tiga bukan..??”tanya Sivia penasaran.
            “Bukan banget vi.. Itu sih stevent anak tekhnik.. Kak stevent anak fk mah jauh lebih cakep dari pada dia..”kata teman Sivia.
            “Oh..”sahut Sivia.
Sivia acuh tak acuh mendengarkan penjelasan temannya itu, yang jelas orang yang tadi bukanlah orang yang Sivia cari. Sivia menggendong tasnya dan segera keluar dari ruangan. Sivia merasa sangat haus, kemudian Sivia mampir ke kantin kampus. Dia membeli segelas es teh saat dia menikmati es tehnya tiba-tiba seseorang lewat di hadapannya.
            ‘Kak Gabriel…”pikirnya.
Ya itu adalah Gabriel, perawakannya sudah taka sing lagi. Sivia hendak menyapa Gabriel, namun karena dia terlalu terburu-buru akhirnya dia tersedak dan es tehnya tumpah dan membasahi celananya. Sivia mencoba segera beranjak dari tempat duduknya. Sayangnya sosok Gabriel sudah tidak ada di situ.
            “Ahh.. sialan..”gumamnya.
Tiba-tiba seorang temannya dating menghampirinya.
            “Kenapa lo vi..?? Kok basah gitu..”tanya teman Sivia yang bernama Alvin.
            “Hah..?? Gak papa kok vin, cuma kena teh..”sahut Sivia bingung.
            “Nih pake ini aja bersihinnya…”kata Alvin sambil memberikan sapu tangannya.
Tanpa ragu ragu Sivia menerima pemberian Alvin itu. Tanpa sungkan Sivia menggunakan sapu tangan Alvin. Sivia memang sudah sejak kecil berteman dengan Alvin. Orang tua mereka adalah rekan kerja, karena orang tua Sivia sangat sibuk Sivia selalu main di rumah Alvin.          Mereka berdua selalu satu sekolah sejak kecil. Sekarang pun mereka kuliah di kampus yang sama meskipun di fakultas yang berbeda. Alvin masuk di fakultas teknik.
            “Eh vi lo pulang sama sapa..?”Tanya Alvin.
            “Gak tau vin, ayah masih sibuk kayaknya.. Mungkin ntar gue naik taksi aja..”sahut Sivia yang masih sibuk membersihkan celananya.
            “Oh.. gimana kalo bareng gue aja..??”ajak Alvin.
            “Gak ngerepotin apa vin..”tanya Sivia.
            “Udah biasa direpotin sama lo vi.. haha..”kata Alvin sambil tertawa.
            “Ih Alvin…”sahut Sivia sambil mencubit bahu Alvin.
Alvin masih tertawa sambil memegangi bahunya yang dicubit oleh Sivia. Setelah sedikit berbincang-bincang. Sivia dan Alvin segera pulang. Sivia bareng naik motor Alvin. Ditengah perjalanan Alvin menghentikan motornya di sebuah café ice cream.
            “Mau choco cream ice..??”tanya Alvin yang sebenarnya dia sudah tahu jawabannya, bahwa Sivia tak akan menolak.
            “Maaauuuu..”teriak Sivia kegirangan.
            “Masuk yuk…”ajak Alvin.
            “Tapi gratis ya..”rayu Sivia.
            “Iyaaa… gue yang bayar..”kata Alvin.
Sivia hanya nyengir mendengar perasaan Alvin. Lalu mereka duduk di salah meja yang ada di pojok café itu. Mereka segera memesan choco cream ice kesukaan Sivia. Mereka berbincang ini itu sambil menikmati minuman mereka.
            “Eh.. lu udah kelar ospeknya..??”Tanya Alvin.
            “Gak vin.. batal ospek gue.. gak dibolehin sama ayah..”sahut Sivia kesal.
            “Yee.. gimana mau dibolehin vi.. baru masuk kamar mayat aja udah pingsan..”ejek Alvin.
            “Ih kok lo tau..?”Tanya Sivia curiga.
            “Nyokap lo kerumah semalem, jadi dia cerita deh..”kata Alvin.
            “Ih bunda nyebelin.. Malu-maluin gue aja…”kata Sivia.
Tiba-tiba pandangan Sivia tertuju pada seseorang yang ada di kasir. Sesosok cowok yang persis dengan yang dia temui di kantin tadi.
            “Woy.. ngeliatin apa sih..”Tanya Alvin.
Tanpa menghiraukan Alvin Sivia langsung berlari meninggalkannya. Dan dia menuju ke orang itu dia menarik tangan orang itu.
            “Kak Gabriel..”kata Sivia.
Orang itu menoleh pada Sivia, senyuman Sivia berubah menjadi pahit. Ternyata orang itu bukan Gabriel.
            “Eh.. maaf kak salah orang…”kata Sivia malu.
Kemudian orang itu meninggalkan Sivia. Sivia kembali ke mejanya dimana Alvin masih duduk menanti Sivia. Dengan muka lesu Sivia kembali meminum choco creamnya.
            “Siapa vi yang barusan..”tanya Alvin penasaran.
            “Bukan siapa-siapa… Cuma salah orang..”sahut Sivia lemes.
            “Emang lu kira tu orang sapa vi..??”tanya Alvin yang masih penasaran.
            “Kirain kak Gabriel..”kata Sivia.
            “Kak Gabriel..??”tanya Alvin.
Sivia hanya mengangguk. Alvin tidak melanjutkan pertanyaannya karena Alvin tahu kalau Sivia sedang badmood, dan mungkin tak akan menjawab jika Alvin Tanya.
            “Pulang yuk vin..”ajak Sivia.
            “Hmm.. tapi lo senyum dulu baru kita pulang..”kata Alvin mengancam.
Sivia hanya menggelengkan kepalanya sambil manyun. Sivia langsung beranjak dari tempatnya dan menarik Alvin. Sivia menyeret Alvin. Dan akhirnya mereka keluar dari café. Alvin segera mengantarkan Sivia ke rumahnya.
            “Sivia pulaaanggg….”kata Sivia memasuki rumah.
Alvin masih mengikuti Sivia dari belakang. Tak lama kemudian bunda Sivia keluar.
            “Kok baru pulang sih sayang…??”tanya bunda Sivia.
Sivia tidak menjawab, dia langsung masuk ke dalam kamar.
            “Eh ada Alvin toh..”kata bunda Sivia.
            “Iya tante..”sahut Alvin.
            “Makan malam dulu yuk vin..”ajak bunda Sivia.
            “Gak usah repot-repot tante.. Alvin udah makan kok tan.. Alvin pamit pulang dulu ya tante..”kata Alvin
            “Lho..?? Gak main sama Sivia dulu..??”tanya bunda Sivia.
            “Gak usah deh tante.. Biar Sivia istirahat aja..”kata Alvin.
            “Oh.. yaudah.. hati-hati di jalan ya..”kata bunda Sivia.
            “Iya tan.. malem tante..”kata Alvin.
Alvin pun segera meninggalkan ruman Sivia. Sementara Sivia masih saja murung di kamarnya.
***
            Keesokan harinya Sivia kembali ke kampus. Hari ini Sivia tidak ada jadwal sekolah, misinya hari ini adalah mencari stevent dan jika ada keberuntungn dia ingin menemukan Gabriel. Sivia berangkat diantar oleh supirnya, sesampainya di kampus Sivia melangkah mengitari kampus. Mulai dari fakultas, kantin, taman, camps center, dan hamper semua yang ada di kampus ini sudah di datangi Sivia hari ini.
            “Astaga dimana deh ya tu orang.. yang satu bilang di sini yang lain bilang di situ.. tapi gak ada semua..”gumam Sivia.
Sivia terdiam seat dan teringat sesuatu.
            “Astaga lupa.. Gue belum ke perpustakaan.. pasti ada di perpustakaan..”kata Sivia semangat.
Sivia pun segera melangkah ke perpustakaan. Dia bertanya pada salah seorang mahasiswa yang ada di sana.
            “Eh tau stevent, semester 3 fakultas kedokteran gak..?”tanya Sivia.
            “Tuh yang lagi berdiri deket laci..”katanya sambil menunjuk seseorang.
            “Makasih ya..”kata Sivia.
Sivia segera menghampiri orang yang dimaksud oleh mahasiswa itu. Dengan semangat Sivia menghampiri orang itu. Ternyata saat itu ada Alvin di perpustakaan yang sama, dan Alvin melihat Sivia yang terburu-buru.
            “Hey viii…!!”sapa Alvin.
Tapi sayang, sapaan Alvin tak ditanggapi oleh Sivia. Sivia terus melangkah menuju stevent. Dia memanggil orang yang bernama stevent itu.
            “Kak stevent…”katanya pelan.
            “Yaa..”sahut stevent sambil berbalik badan.
Betapa kagetnya Sivia saat melihat sosok yang berdiri di depannya adalah Gabriel. Sivia tercengang saat mengetahui bahwa stevent adalah Gabriel. Air mata Sivia menetes.
            “Vii.. Lo gak papa kan..?”Tanya Gabriel.
Sivia langsung memeluk Gabriel dengan eratnya. Seakan dia melampiaskan seluruh rindunya selama ini. Di sisi lain Alvin melihat kejadian itu.
            “Kak.. lo jahat.. kemana aja lo.. jaket lo belom gue kembaliin..”kata Sivia sambil menangis.
Dengan sedikit ragu-ragu Gabriel memeluk tubuh Sivia.
            “Sory ya.. gue gak bilang sama lo.. Gue pindah ke luar kota..”kata Gabriel.
            “Jadi yang nolongin gue waktu ospek itu kakak..??”tanya Sivia lirih.
Gabriel melepaskan pelukan Sivia dengan sedikit menunduk dia mengatakannya pada Sivia.
            “Iya gue yang nolong elo vii..”kata Gabriel di hadapan muka via.
            “Makasih ya kak..”kata Sivia.
            “Iya.. eh itu jaket gue ya..??”kata Gabriel melihat jaket yang dipakai Sivia.
Sivia hanya nyengir mendengar pertanyaan Gabriel. Sivia menghapus air matanya.
            “Hehe.. iya kak.. Nih kak jaketnya..”kata Sivia sambil melapas jaketnya.
            “Udah gak usah.. buat lu aja vi..”kata Gabriel sambil mengacak rambut Sivia.
            “Makasih kak..”kata via.
Gabriel hanya tersenyum. Sivia merasa sangat senang sekali hari itu. Akhirnya Sivia dapat menemukan orang yang dicarinya dalam waktu sekian lama.
            Setelah itu Gabriel dan Sivia menuju ke kantin kampus untuk minum. Mereka bercerita ini itu. Dengan senyum yang sangat sumringah Sivia mendengarkan semua cerita Gabriel. Tak lama kemudian Alvin melewati mereka berdua. Alvin melihat mereka berdua tapi Alvin tidak menyapa Sivia karena yakin bahwa dia tak akan ditanggapi oleh Sivia saat dia bersama Gabriel.
            “Alviiinnnn…”sapa via.
Ternyata Sivia menyadari kedatangan Kevin. Tapi Kevin hanya membalas senyuman dan dia terus melangkah.
            “Sapa tuh vi..??”tanya Gabriel.
            “Temen aku kak..”jawab Sivia.
Saat mereka sedang menikmati minuman mereka, seorang cewek cantik, tinggi putih, rambut panjang terurai dan tampak dewasa tiba-tiba menghampiri Sivia dan Gabriel yang sedang minum.
            “Hai sayang..”sapa Gabriel.
            “Hai…”sahut cewek itu.
Sivia sangat down saat mengetahui kalau cewek itu adalah pacar Gabriel. Dibandingkan dengan Sivia dia jauh lebih cantik dan lebih dewasa. Hati Sivia berasa jatuh dari menara petronas. Sivia hanya tersenyum pahit.
            “Eh.. kenalin nih adek aku..”kata Gabriel memperkenalkan Sivia.
            ‘Apa..?? Adek..?? Oke gue cuma seorang adik buat kak Gabriel.. Aku bukan siapa-siapa buat kak Gabriel.. aku tak sebanding dengan cewek ini.. mungkin aku yang terlalu berharap selama ini.. Apa yang ada di pikiranku selama ini.. aku lupa diri.. Mana mungkin kak Gabriel yang sedewasa ini mau sama cewek manja seperti aku…”batin Sivia.
            “Hay.. aku Shilla..”kata cewek itu ramah.
            “Eh iya.. Sivia..”sahut Sivia terpaksa.
            “Iel jalan-jalan yuk..”ajak cewek itu.
            “Hmm.. ayuk deh.. Gue pergi dulu ya vi.. daa…”pamit Gabriel .
            “Da via..”kata cewek itu.
Sivia hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum tidak ikhlas. Setelah Gabriel dan Shilla menghilang dari pandangannya. Tak tertahan lagi air mata Sivia pun menetes. Sivia merunduk di atas meja kantin itu. Taiba-tiba tanpa Sivia sadari Alvin telah duduk di depannya. Alvin mengusap kepala Sivia.
            “Udah vi gak usah nagis…”hibur Alvin.
            “Alviiinnn… haaaa…”kata via masih tetap menangis.
Alvin berpindah posisi. Dia duduk di samping Sivia.
            “Udah dong vi, berarti kak Gabriel bukan jodoh lu vi..”kata Alvin.
Sivia mendongak menatap Alvin. Pipi Sivia basah oleh air matanya sendiri. Yiba-tiba Sivia segera memeluk Alvin dengan eratnya. Dan Sivia menangis di pelukan Sivia.
            ‘Meskipun lo peluk gue dan nangis di pelukan gue, gue merasa ada yang salah.. vii.. kenapa lo gak bias peluk gue dalam keadaaan yang sama seperti lo meluk Gabriel. Disini gue hanyalas seorang sahabat lo vi. Sebenarnya gue ingin kalau lo meluk gue bukan sebagai sahabat lo vi.. gue sayang lo vii..’ batin Alvin.
Air mata Alvin menetes, menyadari itu Alvin segera menghapus air matanya itu. Sivia semakin menjadi tangisnya.
            “Udah dong vii.. lo jangan nagis terus.. gue ikutan sedih jadinya..”kata Alvin.
            “Kak Gabriel jahat vin.. kenapa gak dari tadi dia bilang sama gue…?”rintih Sivia.
            “Emang lo tanya sama kak Gabriel tentang ini..?”Tanya Alvin.
            “Enggak…”sahut via.
Sivia melepaskan pelukannya, dia menatap Alvin dengan tampang yang sangat tidak karuan. Alvin mengeluarkan saputangan dari sakunya. Dia menghapus air mata Sivia.
            “Percuma lo tangisin orang gak perna mencintai lo vi..”kata Alvin.
            “Tapi vin…”bantah via.
            “Tapi apa..??”tanya Alvin.
            “Tapi kan gue cinta sama dia vin…”kata Sivia.
            “Cinta atau kagum…??”tanya Kevin.
Mendengar perkataan Alvin itu Siviapun terdiam. Sivia juga tidak tahu. Pertanyaan Alvin itu sangat memojokkan Sivia.
            “Yaudah pulang yuk, gue anter…”ajak Alvin.
***
            Sesampainya dirumah Sivia masih memikirkan pertanyaan Alvin itu. Sivia masih bingung sebenarnya dia mencintai Gabriel ataukah hanya sekedar kagum. Semalaman dia hanya memikirkan hal itu. Dan keesokan harinya Sivia terbangun dari tidurnya.
            “Alvinn gue cuma kagum sama dia..”kata Sivia mantap.
Sivia pun segera mandi dan bergegas ke kampus. Siva menuju ke kantin untuk menemu Alvin. Alvin sedang duduk di salah satu meja kantin sambil mengatik sesuatu di laptopnya. Sivia menghampiri Alvin dengan senyum yang begitu sumringah. Melihat kedatangan Sivia Alvin segera menutup laptopnya, dengan gugup dia segera memasukkan laptopnya ke dalam tasnya. Sivia aneh melihat tingkah Alvin itu.
            “Eh.. lagi ngerjain tugas ya vin..?? sory ya ganggu…”kata via.
            “Eh enggak kok vii.. udah selesai kok ngerjain tugasnya.. Eda apa vii.. Seneng banget lo hari ini..?”tanya Alvin.
            “Iya vin.. gue udah dapet jawabannya…”jawab Sivia.
            “Jawaban..?? Jawaban apa sih vi?”tanya Alvin bingung.
            “Gue cinta atau kagum sama Gabriel…”kata Sivia.
            “Ohh.. terus jawabannya..??”tanya Alvin agak males.
            “Jawabannya kagum…”jawab Sivia pelan.
            “Hah..?!?”sahut Alvin.
            “Emang kenapa..??”tanya Sivia heran.
Alvin hanya menggelengkan kepalanya. Dalam hatinya Alvin begitu senang mendengar jawaban Sivia. Sekarang Alvin hanya menunggu waktu untuk mengatakan bahwa sebenarnya Alvin mencintai Sivia.
            “Eh vi tar melem janjian yuk..??”ajak Kevin.
            “Dimana..? emang mau ngapain deh..??”tanya Sivia.
            “Ngerayain kebahagiaan lo..”kata Alvin asal.
            “Ih ada ada aja lo.. okelah.. traktir ya..??”rayu via.
            “Iya gue yang traktir..”kata Alvin.
            “Dimana??”tanya Sivia.
            “Enaknya dimana..?”tanya Alvin balik.
            “Choco cream..?”usul via.
            “Hmm.. oke deh.. jam delapan ya..”kata Alvin
            “Oke boss…”sahut Sivia.
***
            Malam hari pun tiba, 20 menit lagi jam menunjukkan pukul delapan malam. Dengan dress biru mudanya Sivia menuju ke café ice cream kesukaan Sivia dan Alvin. Dia duduk di pojokan café itu, tempat dimana Sivia dan Alvin duduk.
            Sivia melihat ke sekelilingnya, dia mencari Alvin yang belum datang. Sesekali Sivia melihat kea rah jam di handphonenya.
            ‘Alvin mana sih katanya jam delapan.. Apa tu anak masih dandan ya.. Ah bentaran paling juga udah sampe..’batin via.
Sivia masih menunggu Alvin jam sudah menunjukkan jam Sembilan malam. Sivia masih saja duduk disana menanti Alvin. Hingga akhirnya Sivia meninggalkan café itu saat jam 10 malam. Sivia menaikei sebuah taksi untuk pulang ke rumahnya. Tak jauh dari café yang ditempati Sivia, segerombolan orang berkumpul di tengah jalan. Tiba-tiba perasaan Sivia menjadi tidak enak.
            “Pak itu ada apaan..?”tanya Sivia pada supir taksi.
            “Kayaknya kecelakaan neng..”kata supir taksi itu.
            “Ohh…”sahut via.
Taksi yang dinaiki via pun segera berlalu melewati gerombolan orang itu. Sesampainya di rumah Sivia menelfon handphone Alvin. Cukup lama via menunggu akhirnya di angkat juga. Tapi yang menganggkat seperti suara mama Alvin.
            Mama Alvin     : Ini Sivia ya..? ada apa sayang..?
            Sivia                 : Lho.. kok tante sih yang ngangkat..? Alvin mana tante?
            Mama Alvin     : Alvin di rumah sakit sayang..
            Sivia                 : Emang Alvin kenapa tante..?
            Mama Alvin     : Kecelakaan vi, di daerah choco cream café..
            Sivia                 : Apa tante?!
            Mama Alvin     : Iya sayang.. 
            Sivia                 : Dirumahsakit mana tante?
            Mama Alvin     : Pelita Jaya vii..
            Sivia                 : Yaudah via ke sana ya tante..
Ternyata kecelakaan yang ditemui Sivia saat hendak pulang adalah Alvin. Betapa menyesalnya Sivia saat itu. Andaikan Sivia saat itu adalah Alvin, pasti dia akan turun untuk menolong Kevin. Sivia segera menuju rumah sakit, masih dengan dress biru yang dia kenakan. Sivia segera minta antarkan ayahnya ke rumah sakit.
            Sesampainya di rumah sakit Sivia segera mencari mama Alvin. Perasaan Sivia sudah tidak karuan. Air mata Sivia telah membasahi pipinya. Sivia melihat mama Alvin berdiri di salah satu pintu ruangan.
            “Tante Alvin gimana..?”tanya Sivia.
            “Belum tahu sayang..”sahut mama Alvin.
Tak berapa lama seorang dokter keluar dari ruangan Alvin. Dengan muka yang tidak mengenakkan dokter itu melepas stetoskop yang menempel di telinganya.
            “Dok anak saya gimana..”tanya mama Alvin.
            “Maaf bu.. saya tidak berhasil menyelamatkannya..”kata dokter itu.
Mendengar perkataan itu Sivia langsung terjatuh.. dia bersandar pada sebuah tembok, tangisnya sudah tak tertahan lagi.
            ‘Alvinnn… kenapa lo mesti pergi…?? Siapa yang bakal nemenin gue… Kenapa setelah lo ngeyakinin gue bahwa gue gak cinta sama kak Gabriel, tapi gue sadar vin gue cinta sama lo.. Harusnya malam ini lo tahu kalo gue cinta sama lo.. tapi kenapa lo pergi vin… Alvinnn… gue sayang lo…’batin via.
***
            Keesokan harinya saat selesai pemakaman, mama Alvin menghampiri Sivia yang masih menangis.
            “Sudah sayang.. Ikhlaskan kepergian Alvin.. jangan buat beban dia semakin berat.. biarkan dia tenang…”kata mama Alvin.
            “Iya tante.. tante.. Sivia boleh pinjam laptop Alvin tidak..? Sivia ingin mencari sesuatu..”kata Sivia.
            “Yasudah.. nanti kamu ke rumah aja ya..”kata mama Alvin.
            “Iya tante..”kata Sivia.
Mama Alvin segera meninggalkan Sivia pergi. Sivia masih saja memandangi nisan Alvin.
            “Vin.. lo yang bahagia ya disana.. suatu saat kita pasti ketemu.. I love you Alvin…”kata Sivia.
Setelah itu Sivia pun melangkah pergi meninggalkan makam Alvin. Sivia segera menuju rumah Alvin. Sesampainya di rumah Alvin, mama Alvin segera memberikan laptop Alvin pada Sivia. Sivia mulai menghidupkannya. Wallpaper yang digunakan Alvin yaitu foto Sivia dan Alvin saat bersama. Sivia tersenyum melihatnya.
            Sivia mulai membuka semua folder yang ada di dalamnya. Ditemuinya beberapa foto dirinya sendiri, dirinya bersama Alvin pun juga ada. Saat dia membuka sebuah folder yang di hidden dia menemukan sebuah document yang berjudul ‘aku dan Sivia’ Sivia segera membukanya. Dibacanya perlahan. Dokumen itu menceritakan semua yang terjadi pada Alvin dan Sivia. Di halaman-halaman terakhir Alvin menceritakan bahwa dia mencintai Sivia. Sivia teraharu membaca semua itu. Air mata Sivia pun menetes. Dia mencoba membuka folder-folder yang di hidden oleh Alvin dan dia menemukan sebuah video. Di dalam video itu Alvin mengucapkan seseuatu.
            “Vii.. andai lo tau.. sebenernya gue tu suka, sayang cinta sama lo.. bukan sebagai sahabat aja.. tapi lebih dari itu vi.. tapii lo lebih milih Gabriel dari pada gue.. yaudah deh gue ngalah.. mungkin emang belum waktunya gue buat bilang kalo gue cinta sama lo.. tapi kapan pun itu… gue harap gue bakal empet ngucapin semua itu buat lo..”kata Alvin dalam video itu.
            ‘Guee juga cinta sama lo vin.. lebih dari sahabat…’batin via.
Sivia mematikan laptop Alvin dan mengembalikannya pada mama Alvin.
            “Makasih ya tante.. sekarang via sudah lega…”kata iva.
            “Iya sayang sama-sama..”kata mama Alvin.
Setelah itu Sivia pergi ke suatu tempat. Dia pergi ke makam Alvin.
            “Vin gue udah lihat semua data lo vin.. gue seneng kalo ternyata lo juga punya rasa yang sama dengan gue.. gue cinta lu selamanya vin.. meskipun lo udah ada di surge sana, meskipun cinta lo sudah di bawah nisan ini, cinta gue akan selamanya buat lo.. selamanya..”kata via sambil tersenyum.
Sivia melangkah meninggalkan makam Alvin. Dan sejak saat itu via tak pernah mencintai laki-laki lain selain Alvin.

Rogue River Spring Chinook and Steelhead

Yosh Ashikaga on the Rogue

From: yosh ashikaga
Date: Wed, Mar 16, 2011 at 12:41 PM
Subject: Rogue River Spring Chinook and Steelhead
To: bob.bobssportinggoods@gmail.com

Bob -

We were out on the Rogue River on 04 March with our neighbor guide Rick Howard and his nephew Travis to see if there were more than the one Chinook that Rick had found a couple of days earlier. That fish was a very early spring run Chinook for the Rogue.

After another O-Dark-Thirty start to get on the river and to "the spot", we anchored up and backtrolled plugs and bait. It took a little while until Janet hooked and landed a nice wild steelhead. A little later Travis got into a NICE wild springer which took him a while to land as it got out into the current and took a bunch line in the process. After a bit of a wait, I was onto a wild springer as well and got it into the net.

Unfortunately, for Travis and myself, you can not keep wild spring kings, so, they had to be released. They are beautiful fish as you can see in the photos. And, the best eating of all salmon because of their higher fat content. You can keep hatchery fish which have the adipose fin clipped.

We will be trying again soon as the run picks up into March and April.

Yosh and Janet


--
Bob Hara
Bob's Sporting Goods Blog Dude
Newsletter WebAddress - www.bobssportinggoods.blogspot.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...